Author's
Keadaan Nathan sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Mual-mual yang dialaminya juga sudah tak separah dulu. Tetapi, mood serta 'ngidam'-nya masih belum bisa dikontrol. Untungnya Nathan memiliki sekretaris yang dapat diandalkan seperti Ernest. Sekretarisnya itu selalu membantu serta mewujudkan keinginan aneh Nathan ketika di kantor.
Pernah suatu saat Nathan sangat menginginkan rujak yang dijual sangat jauh dari kantor, dan memang terkenal dengan rasanya yang enak. Karena pada saat itu Nathan sedang ada pertemuan penting dengan pemimpin anak perusahaannya, terpaksa ia menyuruh Ernest untuk membelikannya.
Nathan tersenyum mengingat kejadian itu. Apalagi setelahnya Ernest mengeluh karena sempat kehabisan rujak. Ia mendapatkannya pun karena seorang ibu-ibu merasa iba dengannya, karena Ernest beralasan sedang membantu istrinya ngidam rujak tersebut.
"Kak Nathan..." panggil Evelyn yang sedang menyandarkan kepalanya diperut berotot milik Nathan. Sedangkan Nathan sedang tidur di atas kasur sambil memainkan ponselnya.
"Hm?" sahut Nathan lalu meletakkan ponselnya di atas nakas.
"Aku mau sesuatu deh...dari kemarin sebenernya..." ucap Evelyn sambil mengusap perutnya yang mulai membuncit. Usia kandungannya sudah jalan 13 minggu, dan baru kali ini ia merasa ingin sesuatu.
"Kamu ngidam?! Akhirnya, Evelyn! aku bakal turutin semua apa yang kamu mau, biar nanti anak kita tau kalau aku papa yang baik." seru Nathan terdengar antusias. Evelyn langsung mengangkat kepalanya dan merubah posisinya menjadi tidur di atas kasur lalu menatap suaminya dengan serius.
"Apapun? Kamu yakin?" tanya Evelyn lalu menggigit bibir bawahnya. Ia ragu ingin mengatakannya karena takut Nathan akan marah padanya.
"Yakin! Seratus persen." jawab Nathan, terdengar sangat yakin.
Evelyn memejamkan matanya beberapa detik, lalu menatap Nathan kembali. "Eum..., enggak usah deh. Udah, kita tidur aja." ucap Evelyn lalu tersenyum. Ia mengecup dahi Nathan lalu menarik selimutnya sampai ke dada. Kemudian ia memejamkan matanya, berharap agar lebih cepat tidur.
Nathan malah penasaran dengan apa yang diinginkan Evelyn. Anehnya, Evelyn tidak mau mengatakan keinginannya itu padanya. Padahal, apapun yang diminta Evelyn, ia pasti akan menurutinya. Karena baru kali ini ia mendengar Evelyn menginginkan sesuatu, berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu menginginkan hal-hal aneh.
"Kalau kamu nggak bilang, nanti anak kita ngiler loh." ucap Nathan sambil mengusap kepala istrinya.
Evelyn tetap tidak menjawab. Padahal dirinya juga belum benar-benar tertidur. Ia hanya tidak ingin suaminya marah karena mendengar permintaan ajaibnya itu. Sudah cukup hari-hari mereka penuh pertengkaran kecil, dan hanya hari ini Evelyn ingin merasakan satu hari tanpa pertengkaran.
---
Sejak jam 7 pagi tadi Nathan sudah berangkat ke kantor. Jika biasanya Nathan akan makan siang di kantin perusahaannya, kali ini ia membawa bekal omlete keju buatan Evelyn. Mulai hari ini dan seterusnya, Evelyn ingin belajar masak. Ia merasa tak enak hati juga jika setiap hari Nathan selalu membeli makanan di luar, ataupun hanya memakan masakan pelayan di rumah mereka.
Merasa kesepian berada di rumah sendirian, Evelyn memutuskan untuk datang ke kantornya, menemui Leo. Mengganggu Leo sedikit dalam pekerjaannya sepertinya akan menyenangkan, begitu pikir Evelyn.
Setelah satu jam perjalanan lamanya—tanpa macet, Evelyn akhirnya sampai di kantor. Selain menenteng tasnya, Evelyn juga membawa berkas berisi pekerjaannya untuk diserahkan kepada Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Student that I Love
Romance"Dia telah menjadi perhatian ku semenjak memasuki awal semester, bahkan ia telah menjadi alasan ku untuk tetap menjadi dosen hingga aku menomor dua kan pekerjaan ku sebagai Direktur Utama. Dia adalah gadis cantik yang cerdas dan tentu saja, lucu."...