***
Author's
4 Years Later...
Evelyn menyesap secangkir hot cappuccino miliknya. Setelah meletakkan cangkirnya kembali di atas meja, gadis itu tampak menatap sendu jalanan yang tampak ramai dan tertata dari dalam café. Tak sengaja pandangan Evelyn tertuju pada dua anak kecil kembar yang tampak riang sambil menuntun tangan ibunya. Evelyn tersenyum kecil melihatnya, moodnya menjadi sedikit lebih baik melihat anak kecil tersebut.
Setelah menghabiskan secangkir cappuccino-nya, Evelyn langsung berjalan keluar dari café tersebut. Ia tampak mengeratkan jaket tebalnya lalu melingkarkan syal di lehernya. Siang ini, salju mulai berjatuhan kembali hingga rambut dark brown milik Evelyn terdapat butiran-butiran salju yang membasahi. Hidungnya tampak sedikit memerah akibat dinginnya udara.
"Evelyn!" tegur seorang gadis cantik dengan bola mata berwarna biru. Dia adalah Kate, teman seperjuangannya ketika melanjutkan kuliah di Columbia University. Kate berasal dari Switzerland dan kini menetap di Amerika.
Sudah dua tahun, Evelyn tinggal di Amerika dan belum kembali lagi ke Indonesia. Ia memutuskan untuk tinggal di Amerika untuk mengobati rasa sakit hatinya yang masih membekas. 4 tahun yang lalu adalah masa pahit baginya. Evelyn merasa dirinya memang pantas dikatakan sebagai pengecut karena lari dari sebuah masalah, sama seperti Leo. Kini ia tahu bagimana rasanya sakit hati hingga tidak kuat menanganinya sendiri dan memutuskan untuk lari.
"Hey, kenapa kamu bisa di sini?" tanya Evelyn.
"Aku baru pulang dari supermarket. Kamu sendiri?" tanya Kate kembali.
"Oh... aku baru aja dari café itu, mau pulang." jawab Evelyn seraya tersenyum.
"Pulang? Ke Indonesia?" tanya Kate lagi. Kini Evelyn tersenyum masam dan menggeleng pelan. Temannya yang satu ini memang selalu menyuruh serta menanyakannya untuk pulang ke Indonesia. Walau rasa rindu dengan orang tuanya benar-benar besar, tetapi Evelyn menahan itu agar rasa sakitnya tidak kembali lagi ketika pulang ke Indonesia.
"No, I go back to home... not Indonesia." jawab Evelyn. Kate menepuk-nepuk bahu Evelyn dan merasa kasihan dengan temannya.
"Okey, hari ini aku puasa menceramahi kamu. Tapi kalau memang kamu ingin pulang ke Indonesia, pulanglah...aku juga ikut sedih kalau kamu rindu dengan orang tua kamu." ujar Kate. Evelyn tersenyum, berusaha terlihat kuat di depan Kate. Gadis ini memang paling mengerti dirinya sejak mereka bertemu.
"Thanks, mungkin aku akan pikirkan rencana kepulangan ku." jawab Evelyn.
Setelah itu, mereka saling mengobrol dan bercanda selama perjalanan pulang. Kebetulan Evelyn dan Kate adalah tetangga di sebuah perumahan. Kate tinggal bersama paman, bibi, serta dua orang sepupunya. Berbeda dengan Evelyn yang tinggal sendirian di rumah yang cukup besar di Amerika sebagai fasilitas dari orang tuanya. Orang tua Evelyn sangat bangga terhadap anaknya yang dapat mengelola department store di Amerika dengan sangat baik dalam 2 tahun ini. Evelyn juga sering mengadakan acara amal untuk orang-orang tidak berkecukupan di sana.
"Bye, sampai bertemu lagi di kantor!" teriak Kate sambil melambaikan tangannya pada Evelyn. Evelyn tersenyum geli dan juga melambaikan tangannya pada Kate.
Evelyn melepaskan jacket serta syalnya dan menggantungnya di balik pintu. Setelah itu, menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya. Matanya terpejam sesaat kemudian setetes demi setetes air mata jatuh perlahan dari sudut matanya. Hatinya kembali terasa sakit ketika mengingat hal pahit di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Student that I Love
Romance"Dia telah menjadi perhatian ku semenjak memasuki awal semester, bahkan ia telah menjadi alasan ku untuk tetap menjadi dosen hingga aku menomor dua kan pekerjaan ku sebagai Direktur Utama. Dia adalah gadis cantik yang cerdas dan tentu saja, lucu."...