Evelyn's
04.50 Pagi.
Ya ampun, aku baru saja tidur jam 12 dini hari tadi, dan sekarang, jam 5 kurang sepuluh menit aku terbangun. Anehnya, aku tidak merasa lelah ataupun mengantuk saat ini. Hanya ada perasaan bahagia tak terkira, menunggu masa lajang ku selama 25 tahun ini terlepas pada jam 8 pagi nanti.
Hanya dengan memikirkannya, jantung ku sudah berdebar sangat cepat dan wajah ku terasa panas. Aku yakin, hanya pak Nathan yang bisa membuat ku jatuh cinta sampai 'segila' ini. Jika saja aku bisa mempercepat waktu menuju jam 8 pagi hari ini, aku pasti sudah melakukannya. Aku tidak sabar ingin melihat wajah tampan calon suami ku yang sudah banyak menorehkan banyak cerita pada hidup ku.
Sudah satu minggu ini aku dengan pak Nathan tidak bertemu dan berkomunikasi karena proses 'pingitan' yang sengaja dilakukan untuk mematuhi kebudayaan kami. Tentunya, aku sangat-sangat merindukannya. Pada hari kedua proses pingitan pun aku menangis, saking rindunya dengan pak Nathan. Ugh, memalukan.
--
Nathan's
08.00 Pagi.
Aku melihat seorang gadis tercantik yang pernah ada sedang menghampiri ku dengan senyuman serta gaun putihnya yang membuat dirinya seperti seorang bidadari. Jantung ku tak bisa berdetak normal dan nafas ku juga sedikit tertahan, mengagumi makhluk Tuhan yang menurutku sangat sempurna ini.
Aku merasa usaha ku selama bertahun-tahun untuk mendapatkannya, tidaklah sia-sia karena aku berhasil mendapatkannya. Dimulai dari Evelyn yang masih terlihat kekanakan, tahun pertama ia kuliah, dia meminta ku untuk berpura-pura menjadi kekasihnya hingga kami berkencan sungguhan, tunangan, putus, lalu kembali lagi hingga akhirnya pada hari ini, Evelyn adalah sosok wanita yang akan menjadi pendamping hidup ku.
Kesempatan seperti ini sudah kubayangkan semenjak aku bertemu dengannya. Dimana aku akan menikahinya, lalu memiliki keturunan 'Zachary' dari dalam rahimnya, dan hidup bersama anak-anak kami dengan bahagia.
Ketika dirinya sudah tepat berada di samping ku, acara utama yang sudah beberapa tahun ini ku tunggu pun dimulai.
--
Author's
Evelyn menghempaskan tubuhnya di atas ranjang setelah dirinya selesai mandi dan mengganti gaun pernikahannya dengan piyama tidur bergambar kura-kura. Punggungnya dan kakinya terasa seperti akan remuk setelah berdiri dan bersalaman dengan banyak tamu undangan.
Jika dihitung dalam undangan yang disebar, ada sekitar 3500 undangan. Pernikahan yang membuat dua perusahaan raksasa bersatu tidak mungkin memiliki tamu yang sedikit. Jumlah teman-teman semasa SD-SMP-SMA-Kuliah Evelyn dan Nathan saja masih kalah.
Suara derap pintu terbuka membuat Evelyn menolehkan kepalanya ke arah pintu. Alisnya tertaut ketika melihat Nathan masih dalam pakaian formalnya sewaktu acara pesta pernikahan mereka barusan.
"Habis dari mana? Kok nggak mandi?" tanya Evelyn pada Nathan yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Di ajak ngobrol sama ayah kamu," jawab Nathan dengan nada datarnya.
Evelyn semakin bingung dengan sikap Nathan yang mendadak berubah ketika dirinya heboh dengan teman-teman semasa SMA-nya ketika di atas pelaminan tadi. Tetapi, Evelyn tak menyangka kalau 'keanehan' Nathan dibawa sampai mereka pulang ke rumah orang tuanya.
"Hm... yaudah, mandi gih," ujar Evelyn setelah selesai membantu Nathan melepaskan dasi yang masih dikenakannya.
"Ya." jawabnya, lagi-lagi terdengar datar. Evelyn berusaha tidak mempermasalahkan hal itu lalu kembali merebahkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Student that I Love
Romance"Dia telah menjadi perhatian ku semenjak memasuki awal semester, bahkan ia telah menjadi alasan ku untuk tetap menjadi dosen hingga aku menomor dua kan pekerjaan ku sebagai Direktur Utama. Dia adalah gadis cantik yang cerdas dan tentu saja, lucu."...