▶️ 6. Janji?

1.6K 119 11
                                    

Hollllahh~ *tebar akik* wkwkwk. Canda😬😊
Setelah lama tenggelam tadi saya dapat pencerahan dan niat nulis ff ini!
So happy reading!
Enjoy this part ya!
HEHEHEHE

****

Keenan berjalan menuju kelasnya dengan nafas tersenggal senggal, ia kembali terlambat sepertinya. Semalam ia membantu Sinka membuat pekerjaan rumah lalu ia berusaha membuat pekerjaan rumahnya sendiri. Ia mengintip dari balik jendela kaca kelasnya. Masih belum ada guru, ia membuka pintu kaca kelasnya itu perlahan.

"Weh datang juga lo." Ujar Adam.

"Gue kesiangan anjir, sialan banget!." Umpat Keenan kesal lalu duduk di samping Adam.

"Lo begadang pak semalem?." Tanya Frans. "Iya semalem ngerjain pr dari mr. Broto itu, mau mati rasanya." Ia meletakkan kepalanya di atas meja.

"Waiya! Mati aja gue belom bikin!." Adam menepuk jidatnya. "Liat punya lo dong Keen!." Ujarnya

"Kan udah gue jamin kalian gabakal buat, makannya gue buat. Kurang baik apa gue coba?." Keenan mengeluarkan buku matematikanya.

Sementara teman temannya sedang sibuk membuat emm menyalin pr Keenan maksudnya, pria itu membuka ponselnya. Ia mencari konta seseorang. Saat menemukannya ia segera mengetik sebuah pesan, namun kemudian ia hapus kembali begitu hingga berulang ulang

"Ah sial!." Umpatnya melempar ponselnya ke atas meja. "Kenapa lagi lo?." Tanya Farish.

"Eh, lo punya kontaknya Veranda?." Tanya Adam saat mwlihat ponsel Keenan. "Apaan deh lo. Siniin hp gue." Ujar Keenan

"Eh kutu, jawab. Lo suka ya sama Ve?." Tanya Frans.

"Apa kalau gue nyimpen kontak cewek kalian juga bakal ngira gue suka sama dia?!." Tanya Keenan. "Canda kali Keen. Yaudah sih nyantai. Thank's buat contekkannya." Farish menepuk punggung Keenan

Seorang siswi memasuki ruang kelas Keenan, ia tampak membawa beberapa lembar kertas. Gadis itu berdiri di depan kelas kemudian membagikan selembar kertas itu pada masing masing murid.

"Jadi gini, berhubung kalian udah kelas tiga sekolah ada suatu program baru. Kalian harus menuliskan nama kalian, kelas, dan universitas yang kalian inginkan. Kalau udah, kasihin ke Diwa sebagai ketua kelas." Ujar gadis itu

"Paling lambat kapan mel?." Tanya Diwa pada Amel. "Pulang sekolah, gue ada di ruang OSIS kalau lo perlu. Baik gue pergi dulu ya." Pamit Amel.

Semua murid tampak bingung mengisi universitas mana yang ingin mereka tulis, terkecuali Keenan. Ia justru memasanh headphonenya dan bersandar di bangkunya, matanya terpejam. Ia tampak sangat tenang sekarang. Berbeda dengan beberapa anak yang asik bertanya pada temannya ingin melanjutkan ke universitas apa.

"Keen! Lo ngga ngisi?." Tanya Diwa, Keenan melepaskan headphonenya lalu ia letakkan di lehernya. "Kenapa emangnya? Ada masalah?." Tanyanya ketus.

"Ya engga, lo harus ngumpulin ini. Gue mau serahin ke Amel, lo doang yang belum." Tegas Diwa. "Ck! Gausah lah, makasih." Desis Keenan

"Yaudahlah, suka suka lo aja." Diwa melangkah meninggalkan Keenan.

Keenan bangun dari duduknya dan berjalan keluar kelas.

"Mau kemana lo es batu?."

"Tau panas di luar, lo mencair ntar." Ujar teman temannya.

"Lapangan basket." Jawab Keenan sambil memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana.

Keenan terus men drible bola berwarna orange di tangannya itu, keringat sudah membasahi dahinya, ia hanya menggunakan kemeja putihnya. Rompi dan almamater sekolahnya juga sudah ia lepaskan. Matanya tertuju pada ring basket di depannya

I Love my BMX BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang