▶️ 9. Siapa dia

1.4K 122 6
                                    


"Davin Keenan Aleandro! Mana almamater kamu?!." Bentak seorang guru BK di Wildeous. "... Kamu tau kan, hari ini seragamnya apa? Lalu mana almamater kamu?!." Bentaknya lagi.

"Saya lupa." Jawab Keenan santai

"Apa? Lupa kamu bilang? Ck! Sekarang juga lari muterin lapangan utama lima kali!." Titah guru dengan kumis tebal itu.

Keenan berlari memutari lapangan yang sangat luas itu, ini baru putarannya yang ke tiga, keringat sudah membasahi seragamnya. Berkali kali ia menyeka keringat yang jatuh dari dahinya.

"Ayo lari! Atau kamu mau saya panggilkan orangtua kamu?!." Teriak guru itu.

Keenan terus berlari hingga putarann yang ke lima. Ia duduk lemas bersandar di pohon besar di lapangan. Mengatur nafasnya agar kembali normal, mengibaskan tangannya ke udara berharap bisa membuat angin yang membuatnya segar.

"Keenan." Suara itu sangat Keenan kenali, ia mendongakkan kapalanya. Alex, pria itu sudah berdiri dengan gagahnya di depan Keenan

Keenan bangun dari duduknya dan menundukkan kepalanya,

"Papa, ngapain di sini?." Tanya Keenan.

"Cih, kamu pikir apa?! Papa ke sini karna dapat panggilan. Benar kamu kemarin mukulin teman kamu?! Dan kami juga kabur bahkan membawa teman perempuan kamu pergi membolos?!." Bentak Alex

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Keenan. Alex menatap Keenan dengn mata kilatan emosi. Kembali ia menampar Keenan berkali kali, tempat ini memang sepi selain murid murid sedang mengikuti pelaajaran juga lapangan imi tertutup oleh beberapa pohon besar.

"Papa ga habis pikir sama kamu, apasih yang kamu pikirkan? Kenapa Kamu selalu membuat ulah? Bisa nggak kamu banggain papa?." Ujar Alex.

Keenan masih sama berdiri dan memegang luka di wajahnya. Tangab Alex kembali siap menampar Keenan sebelum ada suara..

"Keenan, Keenan!." Suara seseorang memanggil Keenan. Alex merapikan jasnya dan menatap tajam ke arah Keenan sebelum kembali ke mobilnya.

Keenan meringis kesakitan memegang lukanya, ia melihat Verabda sedang menatap khawatir ke arahnya. Ia hanya melirik sekilas dan berjalan ke gedung sekolah.

Saat istirahat Ve duduk melamun di kelasnya, memikirkan kejadian yang baru saja ia lihat. Setahunya Keenan itu memiliki banyak prestasi. Lalu, kenapa papanya bilang kalau Keenna selalu membuat ulah dan tidak oernah membuatnya bangga.

"Ve, gapapa lo? Mikiran apaan?." Tanya Shania. "Gapapa, eh gue mau tanya."

"Bener nggak sih, siswa yang ikut lomba olimpiade Fisika Nasional itu si Keenan? Yang itu yang di mading sekolah tapi namanya ga di sebut?." Tanya Ve

"Emm, denger denger sih iya." Jawab Shania. "Bener Ve! Gue pernah liat si Keenan nerima piala dari mr. Nugi guru Fisika kita itu." Jelas Beby.

Ve kembali merenung, kalau memah Keenan harusnya papanya sangat bangga, karna itu lomba yang menjadi impian banyak orang. Dan Keenan memenangkan juara satu. Tapi kenapa papanya menganggap Keenan tidak membanggakannya.

"Gue harus temuin dia." Ujar Ve sambil bangun dari duduknya.

"Dia? Siapa Ve?." Tanya Jeje. "Gapapa sahabat gue yang cantikk." Ve mencubit pipi Jeje gemas.

"Suka suka lu lah Pee~ bidadari mah bebass." Ujar Nabilah.

"Eh udah ada mr. Broto. Diem diem!." Titan Shania saat melihat guru matematikanya masuk ke kelas.

*

Veranda duduk di bangku panjang dekat tempat parkir sekolah, ia seperti sedang menunggu seseorang, berkali kali ia melihat ke arah jam berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Matanya menerawang ke penjuru sekolah dan ke sebuah mobil berwarna hitam yang ada tidak jauh darinya.

I Love my BMX BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang