Menyedihkan, kenapa harus ada rasa cinta dan sayang pada seseorang jika pada kenyataannya kita tak dapat memilikinya.Aku menghela nafasku berkali kali sambil menutup wajahku dengan bantal.
Ini sudah bulan kedua yang aku lalui tanpanya. Dan, ini juga pertanda jika waktu Ujian Nasional semakin dekat.
Veranda, gadis yang baik, cantik? Jangan ditanya. Sopan, dan berprestasi. Wajarkan aku jatuh pada pesonanya?
Semakin hari, Deni dan Ve makin dekat. Aku tak mengerti, rasanya sangat sakit melihat pria lain yang menyentuhnya, memeluknya, dan membelai rambutnya, yang dulu hanya aku yang melakukannya.
Kau tau, Ve? Hidupku semakin tak karuan setelah perginya kamu.
Aku tau, kepergianmu memang inginku. Tapi, kau harus tau, itu bukanlah hal yang benar-benar aku inginkan. Aku hanya ingin membantumu, Ve. Membantu kakakmu dan untuk kebahagiaanmu. Dan untuk keluargaku dan keluargamu.
Jika harus mengorbankan perasaanku demi keluargaku, aku akan melakukannya.
Terlebih saat aku jika ini menyangkut keluargmu, aku tak mau keluargamu makin membenciku terlebih kak El.
Mengertilah, Ve.
"Keen! Lo tau cara ngerjain kimia yang paket dua nggak?." Tanya Frans sambil membawa buku beserta alat alat perang lainnya(?)
"Sini gue lihat." Aku menarik kertas dari tangannya. ".. Ohh ini, ini sih gampang. Ini lo cu-."
"Keenan! Veranda.. Veranda pingsan di lapangan!." Potong Adam yang datang ke kelas dengan berlari dan nafas tersenggal.
"Ap- apa?!." Dengan cepat aku berdiri dan menuju lapangan.
Aku memelankan tempo berjalanku, saat sebuah pertanyaan terbesit di benakku
"Untuk apa aku kesana?"
Tapi setelah aku melihat kerumunan orang-orang di tengah lapangan aku hilangkan sifat egoisku.
Gimana pun juga, Ve harus gue tolong. Gue sayang sama dia, iya itu alasanya!
Aku kembali melangkah cepat menuju lapangan. Menembus kerumunan orang yang hanya melihat dan tak menolong.
Aku heran dengan orang Indonesia.
"Ve, bangun!." Aku menepuk pipinya pelan.
"Kalian, bodoh? Cepat ambil tandu PMR untuk bawa dia ke UKS!." Titahku.
Namun tak ada yang bergerak, aku mengerang frustasi dan menggendong tubuh Veranda. Meninggalkan kerumunan orang-orang aneh tadi.
"Ve, bangun. Lo kenapa bisa pingsan gini?." Ujarku sambil terus membawanya ke UKS
.
.
.
."Gimana, Wa?." Tanyaku pada Diwa yang bertugas di UKS hari ini.
"Gapapa, cuma kelelahan aja, sama stres. Kan musim Ujian gini, gue saranin sih cewek lo jangan mikir berat lah, jangan stres juga." Jelas Diwa
"Makasih, Wa." Ujarku.
"Sama-sama. Gue tinggal ya? Mau nyari Acha buat nemenin, hehehe." Ujarnya sambil menepuk pundakku.
Aku duduk pada kursi yang tersedia di samping ranjang di UKS. Melihatnya sedekat ini adalah hal yang sangat aku sukai, sejak dulu.
Terakhir aku melihatnya dari dekat adalah dua bulan yang lalu, dan sekaranh aku kembali nelihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love my BMX Boy
Teen FictionCinta membutakan segalanya, apa cinta juga bisa membuat seseorang merubah sifatnya untuk orang yang disukai? Davin Keenan Aleandro, seorang siswa sekolah menengah atas yang hobby bermain BMX Jessica Veranda Kyara, siswi sekolah menengah ke atas...