▶️ 10. Nembak?

1.5K 120 2
                                    


Veranda duduk di kursi dalam ruangan kepala sekolah. Di hadapannya sudah ada guru yang siap menerkamnya kapan saja, maksudnya siap memarahinya. Hehe.

Ia menggerakkan kakinya gusar, menunggu seseorang yang juga harus bertanggung jawab. Karna ulahnya ia harus duduk di hadapan kepala sekolah.

Cklekk

Pitu itu terbuka, munculah sosok Keenan dengan rambut basahnya. Ia duduk di samping Veranda.

"Keenan, Veranda. Kalian tau kan, maksud dan tujuan saya memanggil kalian ke mari?." Tanya Mr. Tomy.

"Ya, saya akan menjelaskan semuanya. Bapak tolong dengarkan baik baik." Kata Keenan santai dan dingin. Sementara Ve hanya menundukkan kepalanya taj berani mentaap kedua laki laki dalam ruangan ini.

"Waktu itu, Veranda hampir di lecehkan oleh Nabil. Bapak percaya atau tidak, itu urusan bapak. Bapak bisa cek juga di rekaman CCTV sekolag di bagian taman belakang. Waktu itu saya kebetulan lewat, dan memang rutinitas saya ke taman belakang. Saya melihat Nabil yang memaksa Veranda agar mau menuruti kemauannya." Jelas Keenan

"... Bukan maksud saya sok pahlawan. Sebagai teman saya hanya mau melindungi teman saya." Lanjutnya.

"Baik, lalu kenaoa kamu membawa Ve pergi dari sekolah?." Tanya Mr. Tomy

"Bukan salah Keenan, saya yang meminta dia mengantarkan saya ke runah pak. Saya waktu itu benar benar tertekan dan shock." Jawab Veranda

"Ok, nanti saya akn liat di kamera CCTV. Kalian sekarang bersihkan ruang pertemuan dan gedung olahraga." Titah mr. Tomy.

Veranda menggerakkan alat pel yang sejak tadi ia pegang. Ia melakukan hal itu sambil mengucapkan kata kata kesalnya karna hukumanyang Mr. Tomy berikan. Hanya ruang pertemuan saja sudah sangat besar apalagi gedung olahraga?

Ia tak habis pikir dengan Keenan. Pria itu dengan santainya tidur pada kursi yang ia tata menjadi satu sebagau kasur. Tangannya ia buat menutupi wajahnya.

"Keen! Ck! Bantuin!." Ujar Ve kesal. Keenan hanya menggeliat namun tidak terbagun. ".. Ayo dong! Inikan hukuman kita, bukan gue doang." Desis Veranda.

"Gue udah bilang kan, kalau lo capek istirahat aja. Gausah khawatir, gue akan beresin nanti. Sekarang biarin gue tidur." Ujar Keenan.

Veranda melihat perban luka yang ada di sikut Keenan, ia menyentuh dan menekannya keras. Membuat Keenan mengaduh kesakitan dan menjauhkan sikutnya dari Veranda

"Sakit! Lo apaan sih?!."

"Ohh beneran sakit. Kirain boongan. Itu kenapa sih Keen?." Tanya Ve penasaran

"Buka urusan lo kan?." Ucap Keenan ketus. "Ck! Bodo amat, nih kerjain! Masa gue doang yang ngerjain hukuman?." Protes Ve

"Siapa suruh lo mau ngerjain?."

Ve mendengus kesal dan melemparkan alat pelnya ke lantai begitu saja, ia kemudian meninggalkan Keenan menuju kantin. Tak bisa di pungkiri kerongkongannya sudah meminta untuk di basahi dengan air, ia tak memperdulikan tentang Keenan dan hukumannya.

Keenan banguj dari tidurnya dan membersihkan ruang oertemuan. Menggantikan pekerjaan Veranda yang belum rampung. Ia mengepel semua ruangan dan sudah ia bersihkan juga gedung olahraga. Ia tak mau makin lama terkena hukuman bersama Veranda, ia tak mau jantungnya berdegup kencang lagi saat bersama Ve.

***

Aku membuka pintu gedung olahraga, tunggu dulu harusnya masih kotor. Kenapa sudah bersih? Aku mengedarkan pandanganku dan yap, aku menemukan Keenan yang sedang duduk dan tertidur dengan alat alat yang ia gunakan membersihkan di hadapannya. Wajahnya ia tenggelamkan di lemgannya, sepertinya ia kelelahan membersihkan gedung ini. Eh tapi tunggu.., bukannya ini hukuman kami? Ohh aku paham makanya dia tadi asyik tidur, biarlah. Itung itung kerjaanku sudah selesai.

I Love my BMX BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang