▶️ 26. Khawatir

714 91 32
                                    

Seperti yang dikatakan oleh dokter Sam saat itu, Keenan mengalami amnesia retrogade namun masiih bisa disembuhkan karna bukan amneesia permanen.

Sejak saat itu Veranda dan yang lainnya membantu Keenan kembali mendapatkan ingatannya. Tentunya setelah membawa Keenan menemui temann temannya, yang di sambut dengan reaksi yang sama seperti yang Jeje, Boby, dan Adam saat pertama melihat Keenan setelah kecelakaan saat itu.

Namun, hingga sekarang Veranda belum membawa Keenan bertemu keluarganya. Menurut teman temannya juga pertimbangannya sepertinya ia akan membawa Keenan bertemu Sinka juga kedua orang tuanya saat ingatan juga kondisinnya sudah lebih baik dari sekarang.

Seperti sekarang, Veranda dan Keenan sedang berada di sekolah mereka. Wildeous. Tempat dimana Keenan meminta Veranda menjadi kekasihnya.

Keenan terus mengekor kemana Veranda melangkah, matanya menelisik setiap sudut sekolah itu. Sesekali tersenyum ketika melihat Veranda yang terlihat sangat senang kembali ke sekolah itu.

"Ini sekolah siapa, Ve?" Keenan akhirnya membuka suara saat rasa penasarannya sudah memuncak.

Veranda menghentikan langkahnya, lalu menoleh cepat ke arah Keenan dengan memperlihatkan senyuman anggunnya. Yang sialnya selalu membuat jantung Keenan berdegup kencang.

"Kamu nggak ada sepintas apapun soal sekolah ini?" Veranda balik bertanya dengan menghampiri Keenan yang berdiri beberapa langkah dibelakangnya.

Keenan terdiam, ia memejamkan matanya erat. "Jangan dipaksain, Keen. Pelan pelan aja ya?" Veranda memegang lengan Keenan dan mengusapnya lembut

Keenan mengangguk patuh. Karena saat ia memaksakan untuk mengingat yang ada hanyalah sakit di kepalanya yang membuatnya terkadang memukul kepalanya kesal, juga mencaci dirinya sendiri ketika ia gagal mengingat sesuatu.

"Oh iya, kita ke lapangan basket yuk." Veranda menarik tangan Keenan

Veranda memantulkan bola berwarna oranye itu di lapangan basket. Sejak dulu Veranda memang lemah dalam hal olahraga apalagi basket.

Veranda men- shoot bola itu ke arah ring, namun gagal. Berkali kali Veranda mencobanya hingga keringat kini sudah mengucur di dahinya.

Sementara Keenan duduk di bangku panjang tepi lapangan dengan memperhatikan Veranda. Berkali kali ia mendengar decakan kesal dari Veranda yang dibarengi dengan hentakan kaki saat hendak memgambil bola basket yang selalu gagal ia lempar ke arah ring.

Keenan menggelengkan kepalanya, "Main basket tuh harus pake hati. Pake feel, nggak asal kaya lo gitu." Teriak Keenan pada Veranda

Veranda bergeming tak menanggapi ucapan Keenan. Ia terus berusaha sendiri memasukkan bola basket di tangannya itu.

"Kalau gitu terus mau sampe ingatan gue balik lo nggak bakalan bisa masukin itu bola ke ring." Keenan sudah berada dibelakang tubuh Veranda

"Nih caranya gini."

Keenan berjongkok menempatkan sebelah kaki Veranda di depan lalu membantu memegang kedua tangan Veranda untuk membawa bola dengan benar dari belakang. Dengan posisi mereka sekarang Veranda bisa merasakan dengan jelas detak jantung Keenan yang berdegup kencang.

"Bahkan saat lupa ingatan pun jantung kamu masih berdetak seperti itu." Desis Veranda

"Kenapa, Ve?" Keenan menunduk menatap Veranda,

Veranda memiringkan kepalanya menatap Keenan, "Eh, sorry." Keenan mundur beberapa langkah dari tubuh Veranda.

"Gue nggak maksud buat meluk meluk lo kok. Serius." Keenan membentuk peace dengan jari jarinya.

I Love my BMX BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang