"Prill, cepetin dong dandannya! Lama amat sih!"
Teriakan yang ditujukan padanya, membuat cewek itu turun dari tangga dengan tergesa-gesa saat mendapat panggilan tak sabaran dari kakaknya. "Iya Bang, cerewet amat sih lo!" gerutunya disela-sela menuruni tangga. Sampai di lantai bawah, Prilly berlari lagi, menghampiri Ali yang sedang berkutat dengan ponselnya di ambang pintu. "Ayo!" ajaknya, mendahului Ali.
Ali pun menyimpan ponselnya ke saku, kemudian berjalan santai ke garasi. Setelah membuka kunci mobil, cowok itu pun masuk, di barengi dengan adik perempuannya yang juga masuk di kursi sebelah kursi pengemudi.
Prilly mengeluarkan ponselnya, dan mulai tenggelam di dunianya.
Ali memakai sealtbeltnya, dan mengembuskan napas panjang saat melihat adiknya bermain ponsel tanpa memakai sealtbelt. Ia kemudian mengulurkan tangannya untuk memakaikan sealtbelt untuk adiknya. "Lo tuh gimana sih? Jangan main hape terus deh! Liat nih! Masa harus gue juga yang pakein?" katanya di sela-sela kesibukan nya memakaikan sealtbelt untuk Prilly.
"Yah bang, gitu aja ngeluh lo!" kata Prilly, kemudian berdecak. "Amal Bang, jadi Abang yang soleh." lanjutnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Saat itulah, ia merasakan Ali menjitak kepalanya dengan keras. "Sakit tai! -Aw!" keluh Prilly kedua kalinya saat Ali menampar bibir mungil Prilly.
"Lo ngomong 'tai-tai' ke gue, gue aduin sama nyokap," tunjuk Ali pada adiknya.
Prilly menampilkan wajah marahnya sambil mengusap daerah yang menjadi korban kejahatan sang Kakak. "Lebay banget sih lo jadi orang!"
"Eit, awas loh. Gue senior lo di sekolah, dan ketos di sekolah lo. Macem-macem? Gue siksa lo disekolah!"
"Aih, punya abang kok tai sih?" kata Prilly yang direspon oleh pelototan Ali. Cewek itu nyengir, dan memukul bahu kakaknya kencang. "Jalan bang! Ntar kita telat."
Ali pun berdecak dan mulai menjalankan mobilnya, membelah komplek rumahnya.
***
"... baik semuanya! Selamat datang di sekolah baru kalian! Hari ini ..."
"Hai!" sapaan itu membuat fokus Prilly beralih. Cewek itu menoleh kearah sumber suara, dan menemukan seorang laki-laki yang tersenyum padanya. "Sendirian aja?" tanyanya, kemudian berbaris di samping Prilly.
Saat ini, mereka sedang berada dihari ketiga Masa Orientasi Sekolah. Bisa dibilang, ini adalah terakhir para murid baru mendapatkan siksaannya.
Prilly memberikan senyum manisnya pada laki-laki tersebut. "Masa iya sendiri?" tanyanya sambil mendengus, menandakan dirinya tertawa. "Kalau sendiri, bukan 'baris' namanya." katanya, yang membuat dirinya dan laki-laki di sampingnya itu tersenyum geli.
"Oh iya!" seru laki-laki itu, kemudian mengulurkan tangannya, hendak bersalaman. "Nama gue Digo. Digo William."
Prilly tersenyum, kemudian balas menjabat Digo. "Prilly."
Digo berkerut dahi. "Prilly? Cuman 'Prilly'?" Digo tertawa kecil, membuat Prilly ikut tertawa kecil. "Oke, gue udah kasih tau nama panjang gue, sekarang bagian lo."
Sekarang, bagian Prilly yang berkerut dahi. "Na-"
"Hei itu!" lagi, fokus Prilly teralihkan saat dirinya merasa diteriaki seseorang yang berada di mimbar menggunakan toa'. "Jangan pacaran mulu! Liatin yang ngomong di depan! Hargain! Bukan malah pacaran!" serunya, masih lewat toa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother✔
Fanfic[repost] "Gue memang egois. Jadi wajar kalo gue punya keinginan kuat buat miliki lo. Tapi, disaat kebahagiaan lo bukan buat gue, gue bisa apa?" -Prilly "Kalo gue boleh milih takdir, gue lebih baik jadi seseorang yang gak penting bagi lo. Karna gue y...