Ada yang mau beli BROTHER VERSI TAMAT?
E-book/pdf transfer 👉 30.000
Pulsa👉35.000
Minat? DM wattpad saya dulu, baru transfer
Versi cetak 👉 69.000
Minat? Ke bukalapak atau tokopedia.
Cara searchnya: Novel Brother
Covernya yang ada di mumed"Jadi, berita lo pacaran sama Ali itu emang beneran?"
Pertanyaan itu membuat cewek yang sedang asyik menyantap makanannya mendongak, menatap pada cowok yang sedang menatapnya dengan tatapan meminta penjelasan.
Saat ini, Prilly sedang berada di kantin. Tadinya sih, ia sendirian, seperti biasa. Ya, benar, Prilly memang selalu sendirian. Bukan karna ia tidak ada yang menemani, namun, Prilly malas karna orang-orang yang mendekatinya selalu menanyakan perihal hubungannya dengan Ali. Kakaknya.
Prilly malas menanggapi, jadi ia lebih baik menyendiri daripada dihinggapi oleh lalat-lalat kepo yang mempunyai tujuan menikung hubungan Ali dan Prilly. Banyaknya sih perempuan. Namun, entah mengapa, satu cowok ikutan menjadi lalat.
Prilly mendengus. "Gak usah nanya, kemarin juga bukannya lo udah tau?"
"Apa kalian pacaran dengan cinta?" Digo ya, lalat jantan satu-satunya kembali bertanya. Matanya mengintimidasi menatap Prilly.
Prilly mendengus geli, tidak percaya dengan apa yang dikatakan cowok player didepannya ini. "Aneh. Denger pertanyaan dari seorang playboy kayak lo, rasanya gue pengen ketawa kenceng."
"Lo gak bisa kayak gini."
Alis Prilly mengerut mendengarnya. Ia menatap Digo dengan tatapan herannya. "Maksud lo?"
Digo terlihat menjilat bibirnya. Cowok itu mengembuskan napas, seolah sedang bergulat dengan pikirannya.
Prilly menyimpan sendok dan garpu dipiring. Ia menatap Digo dengan tatapan mengintimidasi. Sepertinya, ada hal yang Digo sembunyikan dari Prilly. "Go, jelasin! Sekarang!"
Digo menatap Prilly dengan tatapan sayunya, lalu berganti dengan tatapan marah. Prilly bisa menebak, kini Digo sedang bingung akan suatu hal. "Go!"
Akhirnya, Digo menghela napas panjang. Matanya menatap Prilly dengan tatapan sayunya lagi, lalu berganti dengan tatapan tegang. Jelas sekali Digo sedang mengalami dilema. Kembali, Digo menghela napas panjang. "Lo gak curiga kenapa gue tau rumah lo? Lo inget? Waktu gue jemput lo dulu, waktu mau main billiard. Apa lo gak sadar?"
Prilly terdiam. Suatu kenyataan seolah menampar alam sadarnya. Mengapa Prilly tidak memikirkannya?
Kini, giliran Prilly yang menggigit bibir bawahnya. Ia menatap Digo dengan tatapan menyelidik dan juga tatapan meminta penjelasan.
Seolah mengerti, Digo menghela napas panjang. "Ikut gue," ajaknya, lalu berdiri dan melangkah, membuat Prilly melakukan apa yang dilakukan oleh Digo.
Mereka berjalan beriringan, dan berhenti didekat kelas yang berada di belakang sekolah.
"Kenapa lo bisa tau?" Prilly langsung menanyakan hal itu saat ia berdiri dihadapan Digo. "Gue kira ..., cuma Dinda bitch doang yang tau."
"Nama belakang kalian terlalu mencolok," Digo menjawab. Namun, entah mengapa, matanya terlihat lelah dan lega disaat bersamaan. "Satu marga. Dan gue makin yakin kalo kalian keluarga itu waktu gue ke rumahnya Kak Ali. Dan lo keluar dari sana waktu gue bilang kalo gue udah ada didepan rumah lo."
Prilly menggigit bibir bawahnya dengan tegang. "Tolong rahasiain," ini pertama kalinya Prilly memohon. Kepalanya tertunduk dalam. Ia memejamkan matanya dengan tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother✔
Fanfiction[repost] "Gue memang egois. Jadi wajar kalo gue punya keinginan kuat buat miliki lo. Tapi, disaat kebahagiaan lo bukan buat gue, gue bisa apa?" -Prilly "Kalo gue boleh milih takdir, gue lebih baik jadi seseorang yang gak penting bagi lo. Karna gue y...