brother - dua puluh tiga

2.1K 202 15
                                    

Ada yang mau beli BROTHER VERSI TAMAT?

E-book/pdf transfer 👉 30.000
Pulsa👉35.000
Minat? DM wattpad saya dulu, baru transfer
Versi cetak 👉 69.000
Minat? Ke bukalapak atau tokopedia.
Cara searchnya: Novel Brother
Covernya yang ada di mumed

Warn 18+

Kedua kelopak mata itu terpejam rapat, sementara hatinya terus mengucap doa demi mendapatkan yang terbaik untuk mereka kedepannya.

Ali masih ingin bangun dan mendapati ini semua hanya mimpi. Namun, jika sudah terasa sedemikian menyakitkannya, Ali hanya bisa berharap mereka mendapatkan jalan yang terbaik.

Mata laki-laki itu perlahan terbuka, dan langsung menatap sayu pada genggaman tangan yang mengendur itu. Kalimat demi kalimat yang dilontarkan Ayahnya seakan tidak pernah habis. Ali merasa, semua berjalan secara lambat. Sangat lambat hingga kepalanya pening. Gadis disampingnya kini hanya diam dengan tatapan kosong, sedangkan matanya sudah agak berkaca-kaca. Ali yakin, semua indra Prilly sudah mati rasa, sedangkan telinganya tidak diperbolehkan mati rasa. Karena semua kalimat yang dilontarkan Papi Ali pasti akan terdengar. Mau tidak mau, telinga Prilly harus mendengar lontaran kalimat yang terucap, walaupun itu menyakitkan baginya.

"... sekarang, semua keputusan ada di kamu, Prilly. Kamu mau tetap anggap kami keluarga, atau balik sama keluarga kandung kamu."

Ucapan penutup dari Papinya membuat Ali harus menahan napas. Ia menatap Prilly dalam, menunggu reaksi yang belum muncul bahkan saat pembicaraan serius ini dimulai.

Tidak mendapat jawaban, Papi menghela napas panjang. "Saya tau, pasti berat mendapati sebuah keluarga yang tadinya harmonis ternyata menyimpan rahasia menyakitkan bagi kamu didalamnya. Apalagi, secara gak langsung, Ali yang bikin kamu jadi yatim-"

"Bukan secara gak langsung, tapi secara langsung," Prilly memotong dengan suara seraknya, membuat Ali menahan napas kembali. Ditatapnya dengan dalam gadis yang saat ini sedang menelan ludahnya. "Saya yatim piatu karna dia ..."

Ali menggigit bibir bawahnya, lalu memalingkan wajahnya dengan ekspresi sedih. Ini yang sebenarnya ia takutkan. Prilly akan marah pada Ali, dan yang dapat Ali lakukan hanyalah pasrah menerima semuanya. Jika boleh dikatakan, Ali adalah masalalu terburuk Prilly. Dan apapun yang terburuk akan menjadi yang terburuk saja. Kini, Ali akan menjadi sebuah kenangan yang buruk bagi Prilly.

"Dan setelah mungut saya, kalian mau buang saya?" Prilly kini lirih.

"Bukan begitu," jawab Papi. "Kita cuma sebatas orang yang ngegantiin orangtua kamu. Kita sebagai orang yang bertanggungjawab dengan nyoba buat ngasih kasih sayang yang emang udah seharusnya jadi milik kamu. Kasih sayang sebuah keluarga."

Setelah itu, hening sejenak, sebelum suara Prilly kembali terdengar. Entah perasaan Ali saja atau bukan, ia merasakan tangannya kembali digenggam. "Kalo gitu, lanjutin tanggungjawab kalian. Walaupun Prilly emang bukan anak biologis kalian, tapi kalian harus tetep jadi keluarga Prilly. Karna Prilly, males buat ketemu keluarga baru. Bisa jadi, keluarga kandung Prilly malah orang miskin, kan males."

Ali mengerjap. Ia menolehkan kepalanya ke samping, menatap Prilly dengan mata membelalak tidak menyangka. Jawaban Prilly yang sangat santai dan Prilly banget itu membuat Ali tersenyum lebar. Matanya melirik pada genggaman tangan yang sudah kembali menguat, membuat Ali makin melebarkan senyumnya.

Prilly tersenyum miring, senyum yang Ali yakini memang datang dari Prilly. "Masalah beres, kan?"

Papi bergumam lama, seolah berpikir. "Sebenernya, keluarga kandung kamu bahkan lebih kaya dari keluarga kami."

Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang