brother - lima belas

4.6K 501 46
                                    

Ada yang mau beli BROTHER VERSI TAMAT?

E-book/pdf transfer 👉 30.000
Pulsa👉35.000
Minat? DM wattpad saya dulu, baru transfer
Versi cetak 👉 69.000
Minat? Ke bukalapak atau tokopedia.
Cara searchnya: Novel Brother
Covernya yang ada di mumed

Cowok itu menghela napas panjang saat melihat kedua orangtuanya yang duduk dikarpet ruang tv sedang bercanda gurau bersama Angga yang berada dalam baby walker, dan tak mengindahkan pertanyaan dari Ali.

"Kenapa gak bilang aja sih? Emang, apa salah Ali?"

Kini, kedua orang dewasa itu menatap Ali yang hanya berdiri dengan wajah mengerut kesal.

Papi menghela napas panjang, lalu berdiri dan menghampiri Ali. Pria paruh baya itu lalu mencubit kecil punggung tangan Ali, membuat anak sulungnya mengaduh dan mengusap daerah yang menjadi korban. "Sakit?" Papi bertanya, membuat wajah Ali dipenuhi dengan rasa kesal.

"Sakit, lah! Sampe biru, nih," jawab Ali dengan kesal. Ia lalu meringis dan meniupi punggung tangannya yang perih.

"Percaya gak? Sekarang, hati adek kamu lagi begitu," ujar Papi dengan wajah seriusnya, membuat Ali berdecak kencang.

"Ali gak salah, Pi! Prilly emang bukan adiknya Ali, kan?"

Papi mendengus kesal. "Tapi, enggak dengan bilang bukan adek Ali disaat yang dia tau kalo kamu itu kakaknya! Dan jangan lupa, Li, tadi kamu ngebentak Prilly dan bilang kalo Prilly murahan," jelasnya, lalu kembali mendengus kencang. "Walaupun dia agak psikopat, tapi dia juga punya hati."

"

Papi!" Maminya berseru dengan kesal, mungkin karena Papinya mengatakan hal yang seharusnya tidak dikatakan disaat serius seperti ini. Dari tempatnya, Mami mendengus sebal. "Mending, kamu sekarang jemput Prilly. Ini udah malem," perintahnya, lalu membuang napas. "Inget, Li. Prilly bakal kita kasih tau waktu umurnya udah 17 tahun. Apa kamu gak bisa nunggu beberapa minggu lagi? Semuanya pasti bakal kita kasih tau."

Ali hanya diam ditempatnya tanpa menjawab perkataan Maminya. Jujur, setelah melihat Prilly yang mencoba mencium Digo, Ali ingin sekali mengungkapkan segalanya. Tentang Prilly yang bukan adiknya, dan tentang perasaan milik Ali sendiri. Ali hanya takut, jika saatnya sudah tiba dan semua rahasia sudah diungkapkan, yang Ali dapatkan hanya kekosongan saja. Ali takut, jika saat Prilly sudah tahu semuanya, perasaan cewek itu juga berubah dan tak lagi milik Ali.

Dan jika Ali mengatakannya saat ini juga, mungkin ia dan Prilly dapat bersama tanpa ada kata saudara atau keluarga kandung.

Namun, apa boleh buat? Ali hanya harus mempertahankan perasaan Prilly, bukan?

Ali menghela napas panjang. Ya, kali ini, ia yang harus turun tangan sendiri. Ia akan mempertahankan perasaan Prilly. Sampai waktunya tiba, dan mereka bisa bersama.

Tepukan dua kali dibahunya membuat Ali tersadar. Ia menatap pada Papinya yang berperan sebagai pelaku.

Papi tersenyum lalu mengedikan dagunya kearah pintu utama. "Sana jemput! Keburu tengah malem. Apalagi, dia sama laki-laki."

Ali hanya mengangguk pasrah dan mulai melangkahkan kakinya kearah pintu utama.

***

Prilly masih menangis sesegukan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Digo masih setia disampingnya dan mengelus punggung Prilly dengan lembut.

Mereka sedang berada disebuah taman yang terdapat disamping Taman Kanak-Kanak. Dan sebuah ayunan disana menjadi tempat mereka duduk saat ini.

Digo menghela napas saat tangisan Prilly malah makin menjadi dan membuat napas cewek itu menjadi tak terkendali. Cowok itu akhirnya berjongkok didepan Prilly dan menggenggam bahu cewek itu dengan lembut. "Udah dong, Prill. Jangan nangis mulu. Ntar kalo lo sakit, gimana?"

Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang