brother - lima

8K 762 11
                                    

Kedua insan itu bergandengan tangan di sepanjang koridor sekolah.

Ya.

Ini rencana mereka. Lebih tepatnya, rencana untuk membuat Digo dan Prilly pacaran. Yaitu, pura-pura pacaran. Walaupun Ali tidak tahu apa pengaruhnya, tapi ia harus menuruti apa permintaan Prilly agar ia dimaafkan.

Ali mendengus saat Prilly makin menggandeng Ali dengan posesif. "Lo kenapa sih?"

Prilly memandang lurus kedepan.

Ali mengikuti arah pandang Prilly. Disana, ada Digo yang sedang berdiri di ambang pintu kelas sambil bercengkrama dengan para gadis.

Prilly berdeham dan berjalan maju kearah kelasnya. Tentunya, dengan gandengan yang posesif membuat Ali mendengus kesal. "Bang, nanti pas di depan kelas, lo acak rambut gue pelan ya!"

Ali hanya mengangguk pasrah. "Sebenernya, gue pengen nanya sama lo."

"Sepuluh detik. Cepet, keburu sampe."

Ali bergumam sebentar. "Kenapa gak ngakuin kalo lo adek gue aja, sih? Dengan gitu, lo kan bisa-"

"Populer dengan menyandang nama adek beda jauh sifatnya, gitu? Gak, deh. Apalagi, lo bentar lagi bakal lulus. Gue kan pengen famous sampe jadi kakak kelas."

Ali hanya dapat mengerjap bingung.

Mereka pun sampai di depan kelas Prilly.

Prilly tersenyum manis pada Ali, begitupun sebaliknya. Kakak-adik yang sangat kompak. "Kalau gitu, aku masuk ya! Kamu ke kelas gih."

Ali mengangguk sambil masih menggunjingkan fake smile. Ia mengacak rambut Prilly lembut. "Jangan leor ya!"

Prilly terkekeh pelan. "Apaan sih?"

"Yaudah, aku duluan ya?"

Prilly mengangguk sambil melambai pada Ali. Prilly melirik dari sudut matanya kearah Digo yang malah tidak lagi bercengkrama pada perempuan genit.

Cewek itu masih memperhatikan langkah menjauh Ali. Ia mengerutkan alis saat Ali berjalan dan berbalik. Ali berlari kearahnya dan berdiri tepat di hadapan Prilly. "Loh? Kamu kenap-"

Prilly membeku. Omongannya terpotong karna benda kenyal yang tiba-tiba menempel pada keningnya. Jantung Prilly berdegup sangat cepat. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Ali padanya. Ali mencium keningnya.

Kakaknya mencium keningnya.

Memang, itu hal wajar dalam hubungan kakak-beradik. Tapi, Prilly merasakan ada getaran lain dalam dirinya. Jantungnya berdegup sangat kencang, darahnya berdesir tak tentu arah, ia merasa dalam perutnya terdapat kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya sampai kaki Prilly melemas.

Ali melepaskan ciumannya. Ia sempat kaget melihat pipi Prilly yang memerah. Tapi, ia terkekeh saat melihat wajah konyol adiknya. Adiknya, blushing karnanya. Entah mengapa, ada rasa senang tersendiri melihat Prilly yang seperti itu karnanya. "Take care, babe."

Ali kemudian berlalu meninggalkan Prilly yang masih terpaku dan Digo yang mengepalkan tangannya di samping pahanya.

Dengan sekuat tenaga, Digo mengembuskan napas panjang untuk menenangkan dirinya. Ia berjalan kearah Prilly dengan senyum menawan.

Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang