brother - tiga belas

4.8K 557 47
                                    

Dipart ini, gue fix kesel sama Ali👿👿😤

Ada yang mau beli BROTHER VERSI TAMAT?

E-book/pdf transfer 👉 30.000
Pulsa👉35.000
Minat? DM wattpad saya dulu, baru transfer
Versi cetak 👉 69.000
Minat? Ke bukalapak atau tokopedia.
Cara searchnya: Novel Brother
Covernya yang ada di mumed

‡‡‡

Cewek itu kembali menghela napas panjang saat seorang tamu tidak diundang olehnya masih nyengir lebar sambil berdiri dengan tangan yang membawa kantung plastik putih berisi 2 dus pizza yang Prilly yakini itu untuk menyogoknya agar mempersilahkan Digo masuk ke dalam rumahnya.

Prilly berdecak saat melihat wajah memelas dari Digo. Kepalanya kemudian mengedik kearah ambang pintu. "Masuk!"

Wajah nyengir Digo lalu berganti dengan wajah semringahnya. Cowok itu lalu melangkah kedalam rumah Prilly sambil nyengir lebar-lebar.

Prilly hanya mendengus kesal. Lalu, dengusan kesal itu berganti dengan dengusan geli saat mengingat wajah nyengir Digo. Ia kemudian menyusul cowok itu kedalam rumah dan menutup pintu utama rumahnya. "Sebenernya, lo kesini mau ngapain, sih?" tanya Prilly sambil duduk di sofa. Kepalanya kembali mengedik, namun kali ini kearah sofa. "Silahkan duduk, tuan!"

Digo hanya terkekeh geli lalu duduk disamping Prilly. "Gue bosen dirumah. Gak bisa ngapa-ngapain juga disana. Gak ada temen yang bisa diajak main, lagi."

"Makanya, bersosialisasi, dong! Jangan cari pacar mulu kerjaannya."

"Yaelah, kan biar gak kesepian."

"Heh! Kalo lo gak kesepian, ngapain tiba-tiba kerumah gue?"

"Kan gue bosen dirumah."

"Dan tadi lo bilang gak ada temen yang bisa diajak main."

"Iya, emang."

"Makanya, cari temen sana!"

"Eh, emang lo punya temen di sekolah?"

"Kagak, sih."

"Trus, ngapain lo nasehatin gue kayak gitu?!" Digo memekik, kesal karena diajak debat tidak penting oleh Prilly. "Lagian, gue gak butuh temen."

Prilly terdiam. Matanya menatap lurus-lurus pada Digo yang mengalihkan pandnagannya dan langsung membuka bungkusan plastik untuk membawa kotak pizza didalamnya. Mulut Prilly lalu terbuka, berkata, "Gue juga gak terlalu butuh temen."

Pergerakan Digo yang akan membuka bungkusan pizza terhenti, lalu kembali dilanjutkan oleh Digo. "Sama. Temen tapi fake, buat apa coba?"

Prilly mengangguk semangat. "Bener banget! Temen tapi numpang tenar, buat apa coba?"

Digo mengangguk lalu mengambil potongan pizza disana. "Bener banget. Temen cuma ada disaat senang, itu buat apa?"

Prilly lalu terkekeh kecil. Ia menjentikan jarinya. "Temen ada cuma waktu ada butuhnya doang, itu buat apa?"

Mereka kemudian bertatapan dengan bibir yang menahan tawa. Beberapa detik kemudian, mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

"Gue setuju!"

"Asli, gue juga gitu nasibnya."

"Anjir, ada yang senasib juga ternyata."

Alasan mereka tertawa sebenarnya sangat menyedihkan. Mereka menertawakan diri mereka sendiri yang mau-mau saja berteman dengan seorang manusia fake. Mungkin, mereka terlalu berpikir jauh tentang arti persahabatan yang entah ada atau tidak ada keberadaannya didunia serba topeng ini.

Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang