brother - tiga

7.9K 774 7
                                    

"Ngapain kita kesini?" tanya Ali pada adiknya yang berada di hadapannya, sedang duduk sambil menutup wajahnya dengan buku menu kafe Galaksi.

Prilly menurunkan buku menunya dan mentap kakak laki-lakinya datar. "Lo gimana sih? Kita ini kan mau mata-matain Kak Dinda."

Ali mendengus. "Lo tau dari mana kalau dia disini?"

"Permisi."

Suara seorang pelayan membuat Prilly mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan kakak laki-lakinya dan menatap pelayan wanita itu datar.

"Mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut.

"Strawberry soda es krim dan chocochino dua."

Pelayan itu menuliskan pesan yang di sebutkan Prilly. "Strawberry soda es krimnya berapa?"

"Satu aja."

"Saya ulangi. Strawberry soda es krim satu dan chocochino dua."

"Iya."

"Ada tambahan?"

"Gak ada," jawab Prilly sambil tersenyum. Pelayan tersebut kemudian mengangguk dan melangkah menjauhi meja Prilly.

Ali menatap Prilly sambil tersenyum senang. "Lo traktir gue?"

Prilly menggeleng. "Bukan. Elo yang traktir gue."

"Lah? Kok lo mesen chocochino dua tapi strawberry soda es krim satu? Enak elo dong dapet dua?"

"Lo lupa, Bang? Biaya ditanggung sama lo, inget?"

"Ya tap-"

"Sshhh," Prilly mendesis, sambil menutup wajahnya dengan menu dan menatap was-was pintu kafe yang baru saja di buka.

Sontak, hal itu membuat Ali mengerutkan alisnya sambil menatap ke belakang. Jantungnya berhenti berdetak. Disana, Dinda menggandeng seorang laki-laki dengan tawa bahagia yang memenuhi pipi mereka masing-masing.

"Bener kan kata gue?"

Ali sukses mengalihkan pandangannya pada Prilly saat adiknya bertanya barusan. Ia menatap Prilly heran. "Kok lo bisa tau?"

"Taulah! Gue kan ngestalk dia." katanya, masih memperhatikan Dinda dan laki-laki tersebut. "Kira-kira, tuh cowok siapa ya?"

Ali mengedikan bahu, dan tertawa miris. "Mereka keliatan bahagia."

Prilly berdecak kesal. "Bang! Cinta itu egois. Kalau misalkan lo ngebiarin mereka gitu aja, itu bukan cinta bang!"

"Cinta itu gak harus saling memiliki."

"Gak! Pokoknya dalam definisi gue, cinta itu egois. Kalau emang dia bahagia sama cowok lain, buat dia lebih bahagia sama lo."

Ali menggelengkan kepala sambil tertawa. "Dasar keras kepala."

"Biarin. Mau nyamperin mereka gak?"

Ali mengedikan bahu. "Terserah."

"Samperin aja deh ya?"

Ali mengangguk.

"Ya elo samperin!"

Alis Ali sukses bertaut dalam dengan kedua bola matanya yang melotot laget. "Kok gue?"

"Emangnya gue yang mau balikan sama Kak Dinda? Enggak kan? Kalau gitu, samperin sana!"

Ali mengembuskan napas pasrah dan berdiri. Ia menatap adiknya sebentar, dan Prilly hanya mengangguk memberi semangat.

Perlahan, Ali menghampiri meja yang di duduki oleh Dinda dan cowok tersebut. Saat Ali berdiri tepat di depan mereka, Dinda tentu saja kaget.

"A-ali?"

Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang