brother - empat

7.5K 755 6
                                    

Cowok itu berhenti didepan pintu kamar adik perempuannya. Ia menempelkan telinganya pada daun pintu, dan benar dugaannya jika Prilly menangis. Isakan Prilly dan suara menyemprot ingus terdengar. Ali pun menjauhkan kepalanya dan mulai mengetuk pintu tiga kali. "Prill ... lo kenapa?"

Bodoh. Itu adalah pertanyaan terbodoh. Saking merasa bersalahnya pada Prilly, Ali menanyakan hal yang membuat adiknya menangis. Tentu saja ia penyebabnya.

Setelah merutuki dirinya sendiri, ia kembali mengetuk pintu kamar adik perempuannya itu. "Prill ... ngomong bentar yuk."

Masih belum ada jawaban. Tapi, isakan di kamar adiknya masih terdengar.

"Prill ... gue buka ya?"

Masih belum ada jawaban dari dalam. Ali mengembuskan napasnya dan menggoyangkan knop pintu. Terkunci.

"Prill ... kalau lo gak mau keluar, gue bakal tunggin lo sampe lo ngebuka pintu."

Masih tidak ada jawaban. Ali pun mendesah pasrah dan duduk di lantai dengan punggung yang menyandar di pintu.

Di dalan kamar, Prilly membuang tisu bekas ingusnya ke tong sampah yang terletak di pojok ruangan dan mulai membuka ponselnya. "Apaan coba?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Padahal kan gue ngebelain dia," katanya sambil menggeser layar ponsel. "Masalahnya, gue kan jadi gendok depan banyak orang."

Layar ponselnya tiba-tiba berganti dan ia melihat panggilan dari nomor yang tidak di ketahui. Dengan cepat, ia menggeser tombol berwarna hijau dan meletakan ponselnya di telinganya. "Hallo? Ini siapa ya?"

"Lo lupa sama gue?"

Prilly terdiam sebentar, mencoba mengingat ingat suara sang pemanggil. Setelah mengingat suaranya, ia melotot. "Lo Digo kan? Cowok yang waktu itu pernah di hukum bareng gue?"

Di sebrang sana, Digo terkekeh geli. "Ingetnya kok yang itu, sih?"

"Yee, udah untung gue inget. Ada apa nelfon?"

"Gue gabut."

"Terus? Apa hubungannya sama gue?"

"Temenin main billiard yuk!"

"Gue gak bisa mainnya."

"Gue ajarin deh ..."

"Beneran?"

"Iya ..."

"Yaudah, jam berapa?"

"Sekarang gue ada di depan rumah lo."

"What? Seriusan?"

"Iya."

"Duh ... gue belum siap-siap nih."

"Yaudah. Lima menit."

"Ebuset. Gini-gini gue cewek, ya! Gue mandi dulu, udah ah bye!"

Prilly pun memutuskan sambungan sepihak dan segera bersiap, tidak sadar arti perkataan Digo yang menyatakan bahwa cowok itu berada didepan rumahnya. Setelah itu, ia keluar dan saat itu juga, tubuh Ali hampir terjungkal ke belakang.

Brother✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang