Park 4.... memory ..?

6K 313 5
                                    

hem... makin gaje dan bikin kening mengkerut boku... hanya bisa mengucapkan gomenasai dan arigato sebesar-besarnya...

selamat membaca

Park 4.... memory ..?

Arster mendengus kesal dan mengumpat. Saat mematikan ponselnya. Lalu mengumpat lagi dan lagi , matanya memandang awan yang mengumpal dilangit. Duduk dengan kekesalan pada kakaknya namun gelisah serta gembira saat mendengar kabar sadarnya Sera. Doctor Ferlin mengabarkan bahwa Sera sudah siuman dan tersadar dari komanya, Arster tanpa pikir panjang langsung pergi memerintahkan Draco untuk menyiapkan pesawat jetnya dan membawa Kira yang kini tertidur dalam tabung kapsul.

Arster sedang berpikir dan mencari cara agar kabar keberadaan Sera tidak diketahui oleh mereka, karena mereka mengincar Sera. Sejak kelahirannya. Baron mati-matian membuat benteng perlindung untuk Sera. Namun benteng itu runtuh karena sang kakak menguasainya, jadi Baron terpaksa mengandalkan Arster sang adik untuk dan menyembunyikan Sera hingga keadaannya benar-benar pulih.

" paman. Wajahmu sedang kesal atau sedang senang?" ucap keponakannya yang sarkas melihat eksperis wajah pamannya. Yang campur aduk antara senang dan kesal, dalam bersamaan.

" dua-duanya." Balasnya datar. Pada keponakannya, siapa lagi kalau bukan Jhova. Beberapa hari dia dititipkan ditempat Revan. Dan dijemput beberapa jam sesudahnya.

" paman... kita mau kemana?" ucap Jhova. Yang menatap pamannya. Arster dengan penuh tanda Tanya.

" ke mansion paman pulau pribadi, di kepulauan seribu. Kau suka kan bermain dipantai. Sekalian saja paman mengajakmu, kau pasti bosan berteman dengan anak baik. Hem." Ucapnya asal membalas.

" tidak juga. Red lumayan menyenangkan, jika tidak ada Harry yang menganggu, dan Rey. Bisa dibilang membaik saat terapi yang dilakukan Harry." Jelas Jhova.

" hem... sepertinya aku memang akan membiarkan Revan berlibur dulu." Sengahnya.

Percakapan singkat itu kembali hening dan hanya ada suara deru mesin pesawat yang menembus awan.

∞ΩΩ∞

Sera menatap doctor Ferlin yang dengan cekatan memeriksanya.

" semua sudah membaik. Luka jahitan juga hampir mongering. Jadi bagaimana perasaanmu sekarang Sera." Lembutnya pada Sera.

" tidak tahu... rasanya ... semua seolah aneh. Aku tidak mengerti."

" hem.... Kalau begitu tak perlu kau mengerti. Cukup rasakan saja dan-"

" bukan.... Rasanya menakutkan, gelap, penuh kebencian. Ketakutan dan amarah. Aku tidak mengerti kenapa perasaan itu bercampur aduk didadaku. Rasa malu, rasa menginginkan sesuatu yang begitu besar tapi aku tidak tahu itu apa." Polosnya menatap lekat pada doctor Ferlin.

" Sera. Itu perngaruh dari komamu... lama-lama akan membaik. Jadi tidak perlu kau pikirkan, oh ya... aku sudah memberi kabar pada Arster. Bahwa kau sadar." Senyumnya lemah lembut.

" Arster?.... siapa?...." polosnya. Doktor ferlin mengkerutkan keningnya. Lalu tersenyum.

" maksudku... As... aku menghubunginya. Mengabarkan bahwa kau sudah siuman. Dan dia kan datang dalam waktu beberapa jam lagi." Ucapnya halus. Sera dengan mata polosnya berbinar bahagia saat mendengar nama Arster disebutkan.

" dia akan datang." Polosnya tanpa menutupi rasa senangnya.

" karena itu... berbaring lah dan pulihkan kesehatanmu. Istirahat." Ucap doctor Ferlin. Sera mengangguk dan berbaring, doctor Ferlin menaikan selimut dan tersenyum. Saat Sera memejamkan matanya. Lalu pergi keluar kamar.

love gameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang