Tiga Puluh Empat

270 18 0
                                    

Author's POV.

Tepatnya sejak 10 menit yang lalu mobilnya telah terparkir di halaman rumah bercat biru yang familiar ini. Emily bingung apakah ia sanggup masuk ke dalam rumah itu mengingat fakta bahwa rumah tersebut merupakan salah satu lembaran kenangannya. Kenangan awal saat dirinya pertama kali mengobrol dengan Abyan. Emily tidak bisa melihat semua hal tanpa menyangkut-pautkannya terhadap Abyan, and it sucks.

Di sisi lain ia lebih yakin jika ia kembali lagi ke rumah atau pergi kemana pun seorang dirinya pikirannya akan tetap tertuju pada Abyan. Bahkan tanpa ia sadari ia yakin ia sering melakukan hal itu. Dan ia tidak ingin lagi mendapati dirinya tiba-tiba menangis karena—

"Apaan sih lebay banget gue tinggal masuk doang juga." katanya kemudian setelah sadar satu-satunya hal yang perlu dilakukannya hanyalah membuka pintu mobil tersebut dan masuk ke dalam rumah bercat biru itu.

Emily menginjakan kakinya pada tangga berlapis keramik putih yang mengarahkannya kepada pintu masuk utama rumah ini. Dan ketika ia hendak untuk memencet bel pada sisi dinding sebelah kirinya otakya kembali memutar hal-hal yang seharusnya telah ia hapus.

"Eh ngapain di depan sini masuk dong anggep aja rumah sendiri."

Ini menyiksanya.

Emily menekan bell rumah Gevin dan tidak lama kemudian Tante Marinka sudah muncul di depannya dengan pakaian rapi.

"Emily! Aduh udah lama kayaknya ga ketemu. Masuk yuk masuk, kok udah jarang kesini sih? Tante kangen banget sama kamu. Yuk kita masak-masak lucu lagi tante baru nemu resep-resep baru nih." Kata Tante Marinka.

Emily mendapati dirinya akhirnya bernafas karena setidaknya ada 1 hal yang tidak mengingatkannya pada Abyan.

"Ih tante semangat banget kayaknya. Aku sering kesini loh cuma ya emang ga ketemu tante mulu, sibuk terus ya tan?" jawab Emily sambil tersenyum.

"Masa sih? iya nih tante lebih sering di butik sekarang soalnya kebetulan banyak orderan ya jadi gitu deh harus diawasin." Kata Tante Marinka. "Tante sebenernya mau ngajak kamu masak-masak tapi baru inget tante mau arisan. Ada Angga sama Gevin kamu kalo mau apa-apa ngerepotin mereka aja ya tuh gapapa daripada pada gabut-gabutan doang di kamar." Lanjutnya.

"Hahaha iya tante."

"Udah ya Emily, tante pergi dulu takut telat Jakarta kan macetnya ampun deh." Kata Tante Marinka sambil mengambil tasnya di meja ruang tamu dan berjalan keluar.

Emily kemudian membawa dirinya menaiki tangga ke lantai 2 sampai akhirnya dirinya bertemu dengan Angga.

"Eh Em, ketemu mulu kita." Sapa Angga.

"Iya sampe bosen gue Ngga." Jawab gue sarkas.

"Oh jadi lo gitu sekarang." kata Angga dramatis sambil memegang dadanya seakan-akan hatinya tersakiti.

"Najis."

"Hahaha. Nyokap mana?" tanyanya.

"Nyokap siapa?" Emily balik bertanya.

"Nyokap gua lah ngapain gua nyariin nyokap lo."

"Oh iya ya. Udah berangkat arisan tadi."

"Mmm gitu yaudah deh. Tuh Gevinnya di kamar btw, langsung masuk aja. Gue ke bawah dulu ya." Kata Angga sambil menuruni tangga menuju lantai 1.

"Oh oke oke."

Emily berjalan menuju pintu berwarna hitam bergaris abu-abu. Dan mengetuknya kencang (karena Gevin budek kalo pelan ga kedengeran).

"Apaan sih Ngga gausah iseng kek anjrit." Suara Gevin menyerbu seketika.

Emily membuka pintu kamar Gevin dan kemudian berkata, "Apaan sih Gev bacot banget."

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang