Gevin POV.
"Vel, kenapa sih lo harus duduk disini? Jauh-jauh dong jangan terlalu deket berasa homo gue nonton berdua gini." Kata gue sambil dorong-dorong Marvel... pake kaki.
Alhasil Marvel menoyor kepala gue, "Ya elah bawel deh lo. Masih untung gue yang duduk di sini, daripada tuh cowo yang di sana." Kata Marvel sambil nunjuk seorang cowo berbaju merah yang duduk 2 baris di bawah seat gue sama Marvel. Yang bikin gue kaget, si cowo baju merah ini tiba-tiba kedip-kedipin matanya sambil lambai-lambaiin tangannya ke arah gue.
"Anjrit. Mata suci gue ternodai ya Tuhan cobaan apa lagi ini." Kata gue setengah berteriak dramatis.
"Brisik lo tuh filmnya udah mau mulai." Kata Marvel emosi yang gue bales dengan anggukan.
Tangan gue berusaha mencari popcorn yang ada di pangkuan Marvel. Mana sih? Ah ini dia.
"Coi, punya kebiasaan makan popcorn orang lain yang ga dikenal ya?" sebuah suara asing masuk ke pendengaran gue yang membuat gue refleks nengok ke arah suara itu berasal. Suara itu berasal dari seorang cewe di sebelah kanan gue, dia lagi nengok ke arah gue, gue rasa kata-kata dia barusan tertuju kepada gue.
Gue naikin sebelah alis gue dan berkata, "Maksud lo apaan?"
Dia natap gue dengan sorot membunuh, "Lo barusan makan popcorn gue."
Gue kaget dan bingung at the same time, "Hah?" kata gue sambil nengok kanan kiri memastikan kalau cewe ini sarap karena ngira kalau gue makan popcorn dia, eh ternyata bener, gue salah makan popcorn. "Eh sorry sorry gue lupa kalo temen gue ada di sebelah kiri bukan kanan. Sorry ya hehe." Lanjut gue sambil cengengesan sendiri.
Dia cuma merespon kata-kata gue dengan gumaman kecil. Mungkin dia udah ga peduli sama masalah popcorn tadi. Dan akhirnya gue melanjutkan acara nonton gue.
Sementara itu, si Marvel tiba-tiba merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda elektronik yang gue yakini itu hp. "Vin, gue keluar dulu ya. Nyokap nelpon."
Gue cuma ngangguk tanpa ngarahin perhatian gue ke dia. 10 menit kemudian hp gue yang sekarang minta buat ditengok. Ada LINE.
Marvel Irandy: Vin gue balik duluan ya, nyokap minta dijemput di bandara.
Gevin S : iyaudah.
--
"Anjrit."
"Sialan."
"Setan jayus."
"Enyah lo enyah dengan kejayusan lo."
Ga, kata-kata di atas bukan gue yang ngomong. Tepatnya yang ngomong semua kata-kata itu adalah cewe yang duduk di sebelah kanan gue, cewe popcorn tadi.
Entah kenapa kekeselan dia sama film ini lebih menarik ketimbang film ini sendiri. Suara dia terlalu.. apa ya.. terlalu susah buat dilupain dan terlalu susah buat ngebuat gue kembali merhatiin film di depan gue. Ekspresi dia juga, terlalu lucu. Dia ga berhenti ngoceh di sepanjang film ini yang ngebuat gue ngedengerin segala sumpah serapah yang dia lontarin buat film ini. Haha kocak deh nih cewe. Dia duduk ga nyender ke seat bioskop ini tapi duduk bersila sambil majuin wajahnya kayak berusaha mendekat ke layar, dan posisi dia tersebut ngebuat gue lebih mudah buat memperhatiin gerak-gerak cewe ini. Menarik. Dia terlalu menarik buat di sia-siain. Eh apaan si kok gue jadi puitis gini. Udah deh Vin, lanjutin nontonnya, buang-buang duit emak aja lu.
Berpuluh-puluh menit kemudian film ini selesai. Gue langsung ngambil tempat kacamata gue dan berjalan dari seat bioskop ini tanpa nengok ke arah cewe popcorn tadi.
Tiba-tiba gue denger suara cewe dari belakang gue yang membuat gue refleks memberhentikan langkah kaki gue. Suara si cewe popcorn. Oh great, padahal gue ngomong sama cewe itu cuma sekitar 10 menit tapi gue udah afal like afal banget sama suara cewe itu. Gue nengok ke belakang karena saking penasarannya. Dan cewe itu ternyata lagi ngeliat ke arah gue. Dia berjalan mendekat dan berkata, "Man, looks like lo ngambil sesuatu milik gue lagi."
Gue diem. Dia juga diem. Kita diem-dieman. Gadeng. Gue liat dari matanya kalau mata cantik tersebut lagi menelusuri setiap hal dari objek yang ada di depan dia ini, tepatnya gue. "Udah puas ngeliatin guenya?" kata gue sambil tersenyum jail.
Dia menatap tajam ke arah gue, "Pengen banget apa gue liatin," Kata dia ketus. "Lo. Ngambil tempat kacamata gue." lanjutnya sambil nunjuk ke tangan kanan gue.
Gue langsung ngeliat tangan kanan gue tempat dimana gue megang tempat kacamata yang ternyata punya cewe ini. "Eh sorry, salah ngambil lagi gue ternyata." Kata gue sambil tertawa kecil.
Dia menyipitkan matanya dan 3 detik kemudian pandangannya beralih pada tangan kanan gue. Dan tangannya bergerak-gerak berusaha ngambil benda di tangan kanan gue tersebut. Kerjain bentar deh sambil modus minta LINE nya dia. Gue pun menggerakan tangan gue menjauh dari tangan si cewe ini.
Dia keliatan ga suka sama tindakan gue tadi hingga akhirnya dia teriak, "EH APAAN S-"
"Nama gue Gevin." Kata gue memotong teriakan dia sambil tersenyum.
"Gue ga nanya nama lo. Siniin tempat kacamata gue." kata dia sambil berusaha ngambil tempat kacamatanya, walau gagal lagi.
"Nama lo siapa? Gue udah 2 kali hari ini ga sengaja ngambil sesuatu milik lo, artinya kita harus tukeran LINE." Kata gue masih tetep senyum.
"Apaan si ngaco aja lo ya. Buruan balikin itu tempat kacamata gue." kata dia udah mulai nyolot.
"Minta LINE dulu." Bales gue ga mau kalah.
"Ga mau."
"Yaudah ga balik tempat kacamatanya." Kata gue sambil membalikkan badan.
"Eh eh yaudah nih LINE nih." Kata dia dengan berat hati.
Gue memutar badan kembali mengarah ke dia. "Hehe. Apa ID nya?"
"Emilyelsh." Kata dia tanpa senyum sedikit pun di sudut bibirnya.
"So i guess nama lo Emily?" Tanya gue setelah nyimpulin sendiri nama dia dari ID LINE dia.
"Banyak bacot lo buruan sini tempat kacamata gue." kata cewe itu sambil meraih tempat kacamatanya, dan sialnya berhasil. Cepet-cepet dia turunin tangga studio ini dan lari kabur dari gue yang masih tertawa geli ngeliat tingkahnya.
"BYE EMILY." Teriak gue dengan semangat. Sementara dia masih terus berlari tanpa berniat nengok sedikit pun.
Am i nuts to think that someday you'll be the most important thing in my life, Emily?
--
[a/n]
MAAF KALO BANYAK TYPO HEHEHEH

KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again
Teen FictionBaginya, Emily bukan hanya sekedar perempuan yang hadir di hidupnya dan lewat begitu saja. Emily mengajarinya bahwa menginginkan sesuatu berarti perjuangan. Namun ia juga tau menatap perempuan itu sama saja seperti mengingatkannya akan banyak hal di...