Tujuh

812 37 2
                                    

Emily POV.

Hari apa ini? Suatu kebetulan yang.. apa ya? Entahlah gue harus sebut ini apa, tapi hari ini gue ketemu dia lagi. Ketemu siapa? Gevin lah. Gue udah sempet mikir kalo Gevin nguntit gue. Kenapa? Ya lo pikir aja masa dalam waktu seminggu lo bisa ketemu 1 orang stranger terus-terusan padahal lo pergi ke tempat berbeda dari pertemuan 'ga sengaja' terakhir kalinya. Ngerti ga? Ya kalo ga ngerti, coba-coba ngertiin aja deh ya.

Tapi ada 1 hal yang luput dari kesadaran gue, gue baru tau kalo ternyata gue ada di festival tahunan SMA Pekerti Luhur, ya pantes aja dia ada di sini. Oh apa sekarang dia mikir kalo gue nguntit dia? He's totally mistaken kalo sampe mikir kayak gitu.

Entah apa yang tertulis di skenario Tuhan, gue kembali dihadapkan dengan His creature yang satu ini. Oh engga, bukan dihadapkan, tapi 'disampingkan' karena sekarang gue lagi duduk di sebelah dia. Ralat, gue lagi duduk di mobil dia. Iya, dia tadinya mau nganterin gue pulang gara-gara Saka dengan seenak jidatnya ninggalin gue tanpa sepeser uang pun sendirian di festival tadi. Namun tiba-tiba nyokapnya nelfon minta Gevin buat jemput dia sekarang juga. Oh apalagi selanjutnya?

You know, he's not that bad. And it's not such a bad thing to have some interaction with him. Lagi-lagi hati gue melafalkan kalimat itu.

Ya kalo dipikir-pikir emang iya sih dia ga sejelek itu. I mean, kalo emang dia itu 'bad' mungkin dia ga bakal balikin kunci loker gue tempo hari itu tanpa sebuah syarat. You know sometimes people itu licik.

Dan oh! Nilai tambah, karena dia suka baca novel juga. Entah kenapa gue suka sama orang yang seneng baca novel, karena gue mikirnya kalo orang ga seneng baca novel, ya berarti dia benci novel. Ga masuk akal emang. Dan 1 lagi nilai tambah, dia suka Harry Potter. And this is a big thanks for J.K. Rowling yang udah ngebuat fiction Harry Potter, sehingga suasana di mobil ga awkward selama perjalanan tadi. God bless you Mrs. Rowling.

"Emily, kita udah sampe di butiknya nyokap gue." kata sebuah suara dari samping kiri gue. Dan gue mendapati di situ ada Gevin yang udah ngebukain pintu mobilnya buat gue. Saking sibuknya sama pikiran gue, gue sampe ga nyadar kalo kita udah sampe.

"Eh iya," Kata gue sembari turun dari mobil, "Oh and makasih udah bukain pintunya." Lanjut gue.

"No problem." Kata Gevin sambil tersenyum.

Kemudian kita masuk ke butik nyokapnya Gevin. Oh tepatnya udah berapa kali gue ngucapin kata 'kita' hari ini? Ketika masuk butik, suasana mewah langsung mengelilingi gue. Butik ini mewah like mewah banget. Classy, elegant, dan elite adalah gambaran yang cocok buat deskripsiin butik ini.

Tiba-tiba gue merasakan sebuah senggolan di siku kanan gue, "Itu nyokap gue, yang pake dress biru muda." Kata Gevin sambil nunjuk seorang perempuan setengah baya dengan dress biru muda yang terlihat cocok sekali di tubuh yang mungilnya.

"Ma." Panggil Gevin yang ngebuat perempuan setengah baya itu menengok.

"Eh kamu udah sampe Vin. Dan mana temen kam-oh ini temennya Gevin ya?" kata mama Gevin dengan senyum hangatnya. Oh jadi Gevin dapetin senyumnya itu dari mamanya.

"Iya tante temennya Gevin, Emily." Kata gue walau ga yakin kalo gue sama Gevin itu temenan.

"Emily, cantik banget namanya. Tante Marinka." Kata tante Marinka. Like mother like son ya, sama-sama suka ngegombal.

"Makasih tante hehe." Jawab gue seadanya.

"Kamu sekolah di Pekerti Luhur juga?" Tanya tante Marinka. Suer deh gue udah mencium bau pertanyaan-pertanyaan lain yang bakal dilontarin tante Marinka. Oh it's gotta be a long, long day.

"Engga tante, aku sekolah di Angkasa."

"Angkasa? Angkasa yang di luar bum-oh angkasa yang itu!" kata tante Marinka rame sendiri. Gue rasa tadi dia mau ngomong angkasa yang di luar bumi deh.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang