Tiga Puluh Lima - poem

267 24 1
                                    

Puisi ini kutulis di hari keberangkatanmu

Dengan gelas kopi terbanyak yang pernah kuminum

Dengan pikiran yang terus berkoar entah kapan sampai diujungnya


Telempar ke malam yang lalu disaat sela-sela jarimu masih merekat dijariku

Dan senyumanmu bagai candu penganggu

Juga tatapanmu yang membiusku kali itu


Kisah kita pernah tertulis di kertas kusam itu

Begitu apik

Sampai ekspektasiku melambung jauh dari kisah yang meraut hati.


Perlukah kamu berubah menjadi sepahit kopiku

Sedingin kopiku

Aku masih punya gula, sayangku.

Kembalilah menjadi manis.


Otakku seperti mencecar namamu

Mengikatnya

Sehingga nama itu tak berpindah


Kemarin aku mengunjungi bar favorit kita

Seperti masuk ke dalam bilik kenangan

Tak ada yang berubah, hanya kamu.


Gelasku kosong

Dan aku terus menerus meminta diisi kembali

Aku muak dengan beer pemabuk ini, aku mau kamu.


Orang tuaku selalu memperingatiku soal rokok, soal alcohol

Tapi mereka tidak pernah memperingatiku soal kamu

Aku kencaduan pada kamu

Dan kamu tidak menghentikan canduku

Apa gunanya aku menghidari alcohol

kalau aku mencicipi cintamu yang efek mabuknya lebih dari seteguk alcohol.


Aku terus menggali cintamu

Begitu dalam

Sampai rasanya lautan pun cemburu menyaksikannya


Kelak perasaan ini akan kadaluarsa

Dan mendengar suaramu tak akan semenyiksa ini

Tapi akankah perasaan itu berhenti memburuku


Kepergianmu tak bisa sesakit ini

Meninggalku dengan luka

Dan hati yang tak berpenghuni


Puisi ini mungkin terkirim suatu saat nanti

Disaat melihat namamu sudah tak terasa sesakit ini

Disaat aku siap untuk melihat sepasang keindahan itu lagi

Dan semoga kali ini aku tidak tenggelam lagi.


Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang