Empat Puluh Dua

223 16 0
                                    

Author Pov.

Hari ini genap 6 bulan sejak Gevin tidak bertemu dengan Emily, demi Tuhan ia menghitung segala hal sejak perpisahan mereka. Gevin menghitung berapa lama dia tidak melihat senyum Emily, Gevin menghitung berapa kali dia hampir menelfon Emily, Gevin menghitung berapa kali dia merindukan tawa Emily—

"Gevin?" panggil seorang perempuan yang tengah duduk di sampingnya.

--Gevin menghitung berapa kali ia berharap perempuan di sampingnya ini adalah Emily.

"Iya?" jawab Gevin.

"Ibuku bilang katanya ibu kamu ngundang kita ke Jakarta nanti lusa?" tanya Kinara, perempuan itu.

Gevin menatap datar Kinara, ia ingat dulu bagaimana Kinara menjadi satu-satunya perempuan yang ia lihat, satu-satu objek di matanya. Ia ingat Kinara dulu menjadi satu-satunya perempuan yang ingin ia jaga. Kinara cinta pertamanya.

"Aku pindah ke Jogja lagi Vin. Kata ibu supaya engga jauh sama keluarganya Pak Adi soalnya mau dijodohin, wah berarti nanti aku nikahnya sama Dimas ya?" kata Kirana dengan wajah berseri-seri. Saking senangnya ia sampai tidak sadar kalau raut wajah Gevin meredup.

"Kamu mau sama Dimas?" tanya Gevin.

"Loh bukannya aku pernah bilang aku dari dulu kan suka sama Dimas." Jawab Kinara.

Dan pada saat itu Gevin baru tau rasanya ketika harapannya dihancurkan bahkan sebelum ia yakin harus mulai berjuang darimana.

"Vin?" panggil Kinara membangunkan Gevin dari lamunannya.

"Oh iya aku udah beliin tiketnya kemarin." Jawab Gevin.

"Loh kok ga bilang aku?" tanya Kinara.

"Ini aku bilang."

"Kalau aku ngga tanya juga kamu ngga akan bilang palingan."

Gevin hanya menanggapi ucapan Kinara dengan senyum kecil.

"Kamu mau tau ga, 5 bulan lalu ibu bilang katanya aku sama Dimas boleh milih pasangan masing-masing kalau menurut kita perjodohan ini terasa seperti beban." Kata Kinara.

Gevin diam seperti tidak menemukan suaranya. Dia tidak merasakan apapun padahal seharusnya ia merasa senang karena berarti ia memiliki kesempatan untuk memiliki Kinara.

"Dulu mungkin aku yakin sama Dimas, tapi semakin kesini aku jadi ragu, bukan, bukan karena Dimasnya main dibelakang, tapi lebih ke aku, aku lama-lama mikir kalau hati aku itu ada di orang lain bukan di Dimas."

"Kin maksudnya—"

"Aku seneng waktu denger dari ibu katanya sekarang kamu tinggal di Jogja."

"Kin aku—"

"Kita coba dulu Vin, gimana?" pinta Kirana dengan wajah yang dulu Gevin tidak akan bisa menolaknya, bahkan sampai sekarang.

"Iya, kita coba aja dulu." Kata Gevin sambil bangun dari kursinya, "Aku pulang dulu ya, udah malem." Lanjutnya.

"Iya hati-hati ya, selamat malam Gevin."

"Malam Kinara."

--

Esok paginya Gevin sudah berada di rumah Kinara karena ibunya Kinara meminta langsung Gevin untuk sarapan di rumah mereka.

"Aduh kamu kok sekarang ganteng banget ya Vin. Perasaan kemarin masih kecil gitu masih suka ngikutin Kinara kemana-mana."

Gevin hanya tersenyum sopan.

"Ibu.." kata Kinara malu.

"Loh iya toh dulu Gevin itu suka banget kemana-mana maunya sama Kinara sampe engga bisa dilepas." Cerita ibunya Kinara lagi.

Ketika Gevin hendak membalas perkataan Ibunya Kinara, tiba-tiba handphonenya berbunyi.

"Permisi sebentar ya bu." Kata Gevin yang kemudian pergi setelah ibunya Kinara mengangguk.

"Halo?" kata Gevin, ia lupa melihat caller id.

"GEVINNNNN!!" teriak perempuan di telfon itu.

Suara Emily.

"Haduh berisik ini teriak-teriak." Kata Gevin.

"Ih orang Jogja jadi ayu pisan." Kata Emily.

"Bangsat."

"Lah baru juga dipuji HAHAHAHAH. Lu bisa-bisanya ya ga nelfon-nelfon gue ga kangen apa." Kata Emily.

Kangen.

"Apa semua ini cuma siasat untuk melupakan Emily." Katanya lagi.

Iya.

"Padahal gabakal bisa."

Gevin terhenyak menyadari dengan mudahnya Emily menebak sikap Gevin, sayangnya Emily mengatakan itu hanya dengan maksud bercanda.

"Ih jawab dong diem aja." Protes Emily.

Ia rindu segalanya tentang perempuan ini.

"Kangen." Kata Gevin akhirnya.

"Tuhkan gue tau gue emang ngangenin."

"Kangen." Kata Gevin lagi.

"Iya denger gue."

"Gevin kangen Emily." Kata Gevin lagi.

Kali itu Emily tidak langsung menjawab, "Lo di Jogja mananya sih gue susulin deh sini." Kata Emily kemudian.

"Suka bercanda." Jawab Gevin.

"Seriusan."

"Apa sih."

"Apasih apaan gue serius." Kata Emily, nadanya serius.

"Ngga usah, gue ke Jakarta kok lusa." Kata Gevin.

"DEMI DEMI IH TUHKAN kalo gue ga nelfon palingan ga bilang-bilang ini orang sampe balik ke Jogja lagi." Kata Emily.

"Abisnya gue mau nelfon udah keduluan."

"Alah palingan juga lo udah ngelupain gue gara-gara nemu cewe baru."

"Apaan sih—"

"Gevin?" sebuah suara tiba-tiba mengintrupsi pembicaraan Gevin dengan Emily.

"Eh Kinara. Kenapa?" tanya Gevin.

"Itu ibu nyariin, tadi nyuruh aku nyusulin kamu." Kata Kinara.

"Eh iya nanti aku kesana lagi kamu duluan aja." Jawab Gevin sampai akhirnya Kinara menghilang dari pandangannya.

"TUHKAN BENER! Gila ya baru 6 bulan loh udah dapet aja udah sampe kenalan sama ibunya lagi, gila pagi-pagi gini udah di rumah calon mertua." Kata Emily, ia hampir tidak menemukan suaranya.

"Mly nanti jemput ya." Kata Gevin pelan.

"Eh nanti gue telfon lagi ya Saka manggil nih."

"Mly tungguin Gevin ya—yah dimatiin." Kata Gevin sambil melihat handphone. Ia tidak sadar kalau sedari tadi Kinara mendengar seluruh percakapan mereka dengan tanda tanya besar di kepalanya, Emily siapa?

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang