IL-1-Say Hi To Double A

116K 5.6K 187
                                    

"Tuhan, apa sih kesalahan hamba-Mu yang ganteng ini? Sampai Engkau memberikan kembaran yang begitu jorok?!"~Alden Pradipta

IL-1-Say Hi To Double A


Rumah gedong bertingkat tiga dengan cat hijau mendominasi. Warna kesukaan Ambar Wulandari, yang berprofesi sebagai penulis novel, ia memiliki sepasang anak kembar remaja dan seorang bocah SD. Ambar harus kuat menjadi ibu dari tiga anak yang dilahirkan ke dunia ini, kuat dengan segala sifat mereka semua, terutama sepasang anak kembar yang tahun ini sudah menginjak umur tujuh belas tahun dan menjadi murid SMA kelas sebelas semester dua. Alden, biasa dipanggil Al atau Alden, dan Abigail, panggilannya adalah Abby. Mereka berdua sepasang anak kembar yang tampan dan cantik, Abby lahir lebih dulu daripada Alden.

"Mamah! Dasi Lita di mana? Dasi SD!" teriak seorang anak perempuan yang berkacak pinggang mondar-mandir di dapur, "eh, yaiyalah dasi SD. Orang Lita masih SD," gumamnya konyol. Ia sudah memakai kemeja sekolah tapi bawahannya masih celana pendek.

"Mamah! Lita hari ini ada upacara!" Bocah berkucir kuda itu berteriak kembali.

Suara frustrasi Talitha Joan Pradipta atau nama panggilannya adalah Lita, membuat Ambar yang asik menggoreng bacon, jadi menengok.

"Mana mamah tau, sayang. Makanya kalo naro di tempat yang bener," ucap Ambar santai.

"Mamah, astaga Mamah! Lita bisa dihukum sama Bu Gorila! Kalo Lita gak pake seragam lengkap!" jerit Lita gemas; melihat Ambar hanya bersenandung ria tak mengindahkan permasalahannya.

"Ck, paling digondol tikus," seloroh cowok berambut gondrong yang hanya memakai celana boxer biru dongker berjalan ke dapur, ia langsung duduk dan mencomot dua lembar roti tawar.

"Semuanya gak ada yang perhatian sama Lita! Semuanya egois! Tuhan! Lita kepengen pindah keluarga!" seru Lita dengan tangan menengadah ke atas sambil berlutut.

Alden berdecak melihat tingkah adiknya. "Kalo ada toko: Tukar Tambah Adik, abang juga pengen nuker Talitha sama ade yang lebih waras nan imut."

Lita mencebikkan bibirnya kemudian menghentakkan kakinya kesal karena candaan Alden. Ia pun berlari menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Ambar terkekeh-kekeh melihat kelakuan anak-anaknya sambil menyajikan bacon dan telur mata sapi untuk sarapan.

"Makasih, Mah. By the way, Papah pulangnya kapan dari luar kota, Mah?"

Pertanyaan Alden membuat Ambar menghela napas, dan ia menjawab, "Tau deh, Papah kamu susah dihubungin. Bikin mamah badmood buat nanya."

"Cie ..., Mamah kesepian ya?" ledek Alden tanpa merasa canggung.

Ambar melepas celemek masaknya lalu menyampirkan ke kitchen bar. Ia mengambil roti panggang yang agak gosong. "Kesepian gimana? Orang ada kalian bertiga kok."

"Abby belum bangun ya?" tanya Ambar lagi.

Alden berhenti mengunyah kemudian ia mendongak.
"Kayak gak tau aja, Mah. Waktu hibernasinya masih kurang."

Ambar mengangguk paham. Melihat ibunya begitu, Alden juga paham dengan hal selanjutnya yang akan Ambar lakukan. Alden menutup kedua telinganya dengan tangan sembari tersenyum geli.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang