IL-22A-Motif Mereka [Abigail]

38K 2.9K 89
                                    


IL-22A-Motif Mereka [Abigail]

Playboy mesum sudah nangkring di kursi dan dengan lahapnya dia mendahului kita makan siang. Rio tidak pakai malu menghabiskan makanan di rumahku.

"Oh, mau pada makan siang ya? Ayo duduk-duduk, ga usah malu-malu." Rio berlagak seperti tuan rumah. Tingkahnya membuatku tambah kesal.

"Perasaan gue yang tuan rumahnya." Kalimat yang ingin aku ucapkan sudah terucap dari bibir Alden. Bagus, aku jadi tidak perlu buang-buang tenaga.

"Ya 'kan sama aja, Al. Gue juga udah sering ke sini." Ya, Rio, dia sudah sangat menganggap rumahku seperti rumahnya. Orangtuaku baik-baik saja akan hal itu.

"Maksud lo? Ini rumah lo?" tanya Alden yang duduk di samping kiriku. Atha juga duduk di sampingku yang lain, sementara Rio? Dia duduk di kursi yang biasa Papah duduki sebagai kepala keluarga.

"Ortu lo yang nyuruh gue begitu. Gue sebagai anak baik harus nurutlah." Aku mendesis mendengar kalimat Rio. Anak baik dan menurut apanya? Bohong besar!

Lagi malas makan, aku ambil nasi sedikit saja biar cepat selesai makannya dan pergi dari sini.

"Ab-"

"Abby, jangan nyiksa lambung lo. Makan lo jangan terlalu sedikit." Rio ingat masalahku, masalah dengan lambungku. Apa yang dia ucapkan bisa disebut sebagai bentuk perhatian. Tapi, aku masih ingin mencuekinya. Aku masih marah dengan ucapannya sewaktu di apartemen.

Aku hendak mengambil ayam goreng tepung tapi tidak jadi karena kakiku diinjak oleh seseorang dan tidak mungkin itu Atha. Atha mana mungkin berani bersikap begini. Aku menoleh ke Alden, dia pelakunya. Aku pelototi dia karena kesal kakiku dia injak seenaknya. Dilihat-lihat Alden seperti memberiku kode.

Mata Alden berulang kali melirik Atha.

Oke, aku paham. Atha diam saja, dia belum mengambil apa pun. Gelas di samping piringnya bahkan masih kering. Ini anak malu-malu ya?

Aku membalikkan piring di depannya. "Ya ampun, Atha...."

Piring Atha kuisi nasi, ayam, tempe, sayur asem, dan kerupuk. "Ambil nasi, ambil lauk. Jangan bingung atau takut sakit perut makan masakan Nyokap gue."

Semoga Atha baik-baik saja makan masakan di meja ini. Eh, tapi si Rio juga baik-baik saja. Dia tidak ada tanda-tanda mulas atau muntah. Ya, masakan Mamah terkadang membuat sakit perut kalau dia masaknya asal.

"Hehe... gue masih kagok kalo makan di rumah temen ... eh, sori By. Gue ... apa yang gue omongin-"

Kuambilkan bakwan jagung ke piring Atha. Sekarang sudah penuh piringnya.

Biar gemuk ini anak, kurus sekali sepertiku. Tapi aku memang tidak bisa gemuk. Sebanyak apa pun aku makan, ya... begini saja. Langsing.

"Lo temen gue, Tha. Ga usah sungkan. Gue bilang sekali lagi, lo temen gue." Kasihan juga melihat Atha tidak punya teman di kelas. Dia selalu sendirian.

"Tapi soal Lora sama Kika gimana?"

"Persetan sama mereka. Udah diem dan makan, abisin loh!" Benar! Bodoh amat dengan Duo Lampir itu. Aku tidak suka berteman dengan orang jahat. Barbie tidak menyukai orang jahat!

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang