IL-42-I am Visible [Rio]

22.6K 1.5K 6
                                    

IL-42-I am Visible [Rio]

Di balik helm, aku tersenyum sembari memegang di mana Abby menyatukan tangannya di pinggangku. Aku menjemput dia dari tempat les, lalu kami menghabiskan waktu yang banyak dengan pergi ke mal. Kuhabiskan beberapa ratus ribu untuk menyenangkan Abby lewat buku bacaan yang isinya begitulah. Tapi kalau bukan karena akibat hobi anehnya itu, aku pasti masih terjebak di posisi yang sama. Posisi yang tidak terlihat.

Motorku memasuki kompleks rumah Abby dan parkir di halaman rumah nomor 13 Blok B. Aku melihat ada mobil Papah Bara di depan garasi juga motor Alden.

"Ngapain senyam-senyum? Ngelamunin hal mesum ya...?" Tebakan yang salah. Aku tersenyum karena memikirkan panggilan Papah dan Mamah untuk orang tua Abby.

Aku mencubit hidung Abby gemas. "Kalo iya kenapa? Kamu mau ada di lamunan mesumku?"

Wajahnya merona merah dan dia diam seribu bahasa sambil melepaskan helm merah jambunya. Abby tampak cantik meskipun cuma memakai kaus biasa dan jaket jins belel. Sebenarnya dia lebih suka pakai gaun santai ke mana pun dia pergi, tapi aku melarangnya. Enak saja dia tampil cantik di hadapan orang lain terlalu lama.

"Eh, kamu kok turun? Bukannya pulang, Rio. Ini udah malem, sayang." Abby mencegahku yang hendak turun dari motor.

Aku mendengus kecewa. "Ini kan rumahku juga."

"Selalu aja gitu jawabannya," dia tersenyum, "Emangnya kamu bawa baju ganti seragam? Gak kan?"

Aku menyeringai. "Masalah itu mah gampang. Pinjem sama adik ipar."

"KENAPA BARU PULANG JAM SEGINI! INI UDAH JAM SEMBILAN MALAM!"

Kami berdua sontak menoleh ke sumber seruan yang jelas aku tahu bukan suara Mamah Ambar atau Papah Bara melainkan....

"Kamu sendiri ngapain masih melek jam segini, hah? Sana cuci kaki, gosok gigi, tidur!" Abby berkacak pinggang melihat adiknya.

Lita yang tahu-tahu berdiri di depan pintu sembari bersedekap dada; kehadirannya kurasa membuat Abby kesal. "Ogah. Lita ada ajakan tarung di game online."

Aku turun dari motor, tersenyum kepada anak kecil yang katanya menyukaiku juga. Anak kecil yang kuakui kereseannya kadang mengesalkan. "Ayo masuk, By. Udah malem. Kamu juga tidur."

Abby manyun sambil main pelotot-pelototan sama adiknya. "Apa kamu cengengesan? Masuk sana!"

Lita memalingkan mukanya usai berkata, "Kuat iman ya Kak Rio. Punya pacar reinkarnasi beruang kutub kayak Kak Abby! Hahaha...."

"Dosa apa gue punya ade kayak Lita! Oh Tuhaaaan!" Abby terlihat geregetan dengan tingkah tengil adiknya.

Aku merangkul pundak Abby dan dia mendadak melotot. "Ini ngap ... ngapain pegang-pegang?"

Mukanya lucu sekali kalau merona-rona sambil tergagap.

Aku tersenyum khas. "By, aku lagi mikirin hal mesum loh, By." kunaikturunkan alisku menggodanya sembari mengelus pundaknya.

Abby berekspresi datar. "Ri, kamu mau aku gebukin pake buku-buku novel yang di sini?" Dia menunjukkan tas belanjanya.

Aku menggeleng. "Gak mau. Aku maunya dicium kamu," kataku masih betah menggoda.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang