IL-17-Bad Memory [Abigail]

40.4K 3K 135
                                    

Maaf lama ngupdate, Authornya abis rawat inap di RS karena alergi obat, hehe...

Tapi asyiknya, sering dirawat sama perawat yang ganteng, hahaha...

Edited
I

L-17-Bad Memory [Abigail]


Mataku terbelalak sambil memeriksa ke dalam selimut.

"Fiuuh, masih lengkap." Aku mengelap keningku yang tidak berkeringat.

AC di sini kencang sekali, mana mungkin sampai mengeluarkan keringat. Kenapa harus ketar-ketir memeriksa tubuh sendiri?

Karena aku satu ruangan dengan predator sompret macam Sam yang telah menghirup aroma duplikasi bantar gebang.

Ada rasa bangga bisa membuat seorang cowok ganteng yang mesum hampir meneteskan air mata saking mualnya. Tapi banyak malunya, ya, kentut sembarangan pasti malu.

Aku menengok ke samping, Sam tidur membelakangiku. Ya tentu dia ada di ranjang lain!

Aku duduk di pinggir ranjang melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tiga sore. Bel pulang telah berbunyi tigapuluh menit yang lalu.

Aku mendekati Sam. "Sam, bangun oy. Lo mau dikunciin di sini?"

Tidak ada jawaban atau erangan. Apa Sam sudah menjadi mayat?! Apa aku sudah benar-benar membunuh orang?!

Tanganku hampir memegang pundaknya jika tidak diganggu oleh suaranya.

"Zo ... Zo ... Zoey...." Sam mengigau.

Aku tertegun mendengar suaranya yang terkesan sedih? Merintih? Mendesah?

"Tch, palingan mimpi mesum kayak si Rio." Iuuuuh, aku jadi merinding.

Melihat Sam mengigau begini membuatku mengingat malam remang-remang horor bersama Rio.

LOH KENAPA JADI MIKIRIN RIO?!

Rasa kesalku terhadap Rio kulampiaskan kepada Sam. Aku tabok punggungnya kencang. "Woy, Sam! Bangun!"

Pukulanku yang luar biasa kencang pasti langsung menariknya dari alam mimpi. Sam bangun terduduk, dia meringis memegang bagian punggung yang kutabok.

Apakah ada rasa bersalah pada diriku?

Tentu tidak ada, hahaha....

Sam mendongak, menatapku dengan sorot mata bingung sekaligus marah. Aduh, aku takut diserang.

"Ini jam berapa?" Suara serak Sam melegakanku, dia tidak jadi marah sepertinya.

"Jam setengah tiga," jawabku.

Sam mengangguk, menggaruk kepalanya. Dia mengucek kedua matanya sambil menguap lebar. Menguap itu menular, aku kembali duduk di pinggir ranjang. Kami duduk berhadap-hadapan, "lo pulang naik apa?" tanyaku.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang