Uhm, ada yang tertarik baca POVnya Rio dan sedikit masa lalu RiBy?
Silahkan... *bow*
Author bikin lebih rapi. Adegan flashback yang panjang dibuat satu bagian sendiri, hehehe...
Bab 24: Our REALationship [RIO]
"Tamu dari jauh dateng nih." Aku membuka pintu rumahku, anak kembar yang beda kelamin. Aku sengaja meledek mereka berdua, yang satunya berwajah lesu seperti kurang tidur yang satu lagi sedang cemberut."Berisik lo." Abby melewatiku tanpa tersenyum.
"Gue ngantuk berat," ucap Alden yang menyusul Abby masuk ke dalam.
Aku terkekeh kecil sebagai dampak omongan Alden sambil menutup pintu rumah.
"Pokoknya! Gue ga mau masuk Tunas Bangsa!" Belum apa-apa, Abby sudah mengeluarkan suaranya yang entah berapa oktaf.
Tidak ada orang lain di rumah ini, kecuali aku, dan dua pembantuku. Makanya aku menyuruh mereka datang ke sini supaya aku tidak sendirian dan bosan.
Oke! Aku mengaku! Ini hanya modus.
Tentu yang aku incar bukan Alden, masa iya, jeruk makan jeruk. Pastinya saudari kembarnya yang gampang sekali diledek dan hobinya tidur.
Alden duduk di sofa single, menyalakan televisi sementara Abby langsung tidur tengkurap di sofa panjang.
"Lo pada kenapa kemari pas lagi berantem? Sono pada balik aja! Gue males banget dengerin suara soaknya si Beruang," selorohku yang duduk di sofa lainnya sembari menyengir menggoda Abby.
Abby melemparku menggunakan majalah dan aku berhasil menghindar.
"Lempar barang yang normal dong, By. Masa majalah? Bantal gitu, yang empuk."Wajah badmood Abby sangat jelas untuk dilihat.
"Yang empuk? Sofanya empuk nih, mau gue lempar ke elo?! Jangan panggil gue BERUANG! RiRi!" pekiknya kesal.
Kami bertiga memiliki sebutan masing-masing, nama ejekan. Alden dipanggil si Monyet karena jika dia sakit, minum obatnya harus pakai cara bahola. Makan obat lewat pisang, dan menurut Abby itu sangat kekanakan. Abby, dia dipanggil si Beruang karena dia mampu tidur dalam waktu yang lama sekali persis seperti beruang hibernasi. Sementara aku, dipanggil dengan nama RiRi. Pengulangan dua huruf dari namaku.
"Al, Abby beneran reinkarnasinya beruang, hewan yang kuat ya 'kan?" Aku meledek Abby lagi dan Alden ikut tertawa sepertiku.
Abby bangkit berdiri, dia menunjuk ke arahku lalu giliran ke arah Alden.
"Lo berdua! Silahkan masuk Tunas Bangsa! Gue mau masuk sekolah yang lain!"Alden menarik kepalanya ke belakang. Sepertinya Alden sudah lelah menghadapi pemaksaan Abby. "Rio, Abby maksa gue buat daftar sekolah lain. Padahal Tunas Bangsa kredibilitasnya bagus."
"Gue tebak, lo dihantuin sama dia," Aku menunjuk Abby yang masih berdiri tapi tangannya bersedekap, "Dari pagi sampe malem cuma masalah kecil begini?"
Alden mengangguk. "Bokap minta kita berdua sekolah di sana. Lo tau sendiri, itu sekolahan punya kenangan indah masa remaja ortu gue. Bokap pengen, anak-anaknya lulus dari SMA yang sama, ntar juga Perguruan Tingginya sama sekalian. Kata Nyokap, walaupun Bokap gue tampangnya sangar, hatinya Hello Kitty."
Aku terbahak dan Abby juga tertawa beberapa detik setelahnya.
"Durhaka lo, Al. Ngataian bokap sendiri," ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Ongoing) Invisible Love
Ficção AdolescenteRank : #6; 18 Maret '16 Teen Fiction #5; 21 April '16 Humor SEKUEL : NERD GIRL VS TROUBLE MAKER --- "Aku tidak peduli siapa yang akan menjadi cinta pertamanya, yang penting akulah cinta terakhirnya." ** Abigail Pradipta tumbuh jadi cewek yang sebena...