Setelah dipikir² alurnya diganti. Dari "bad part" ke "good part" baru ke "bad part" lagi.
SELAMAT MEMBACA!
IL-32A-[Abigail]
Kabar baiknya, aku tidak mungkin tidak senang melihat wajah bahagia yang terpancar dari Alden di saat dia mengakui bahwa dia dan Atha resmi berpacaran. Kabar buruknya adalah, di saat mereka memanggil dengan kata 'Sayang' satu sama lain; aku mengumbar senyum palsuku. Tersenyum palsu karena aku iri, tentu saja aku iri!
Sialan. Sekali lagi aku katakan, AKU IRI!
"Abby," panggil Rio yang beberapa menit lalu tahu-tahu masuk ke dalam apartemenku seperti hantu.
Dia duduk di sofa yang tadi Alden duduki. Penampilan Rio kusutnya tak jauh dariku, malahan lebih kusut dia. Pipi biru keungu-unguan, sudut bibir kanannya lecet, rambutnya acak-acakan, dan wajahnya muram.
"Gue kira lo ga berani buat nemuin gue. Lari seperti biasanya bersikap pengecut, dan berbuat sesuatu tanpa mikirin dampaknya," kataku sarkas.
Tangan Rio meraba sesuatu di saku kemeja sekolahnya. Dia mengeluarkan ponsel, mengutak-atiknya...
"By, lo seneng baca ginian? Baca buku EROTIS kalo di apartemen sendirian?!"
"Iya! Kenapa?! Gue suka, gue suka banget! Masalah buat elo!"
"Al tau ga?"
"Ya enggalah! Kagak ada yang tau! Kagak boleh ada yang tau! Gue bisa malu dan mati berdiri kalo sampe ada yang tau!"
"Sejak kapan?"
"Udah lama! Lo tanya gue kayak lagi wawancara,bego! Sini buku novel gue! Mau gue bakar buat menghilangkan bukti!"
Kedua tanganku yang tadinya bersedekap kini sedang meraba meja untuk melempar sesuatu ke arah Rio.
"Lo ... lo ... mau mati di tangan gue?!" Ancamanku tidak ditanggapi olehnya. Rio hanya menatapku dengan tatapan bersalah.
Rio memberikan ponselnya padaku. "Ini. Cuma ini aja, ga ada kopiannya lagi."
Aku segera menerima ponselnya dan menghapus rekaman sialan itu.
"Nih!" Aku kembalikan ponselnya kepada si pemilik."Lo kenapa bisa tau kalo gue bakal ngerebut elo dari Sam, By?" tanyanya yang menatap nanar ke arah balkon. Sudah jelas, dia tidak mampu menatap kedua mataku secara langsung karena dia benar-benar merasa bersalah. Dia yang memulai taruhan itu, taruhan yang akhirnya terbengkalai.
Rio tidak kunjung menerima ponselnya dari tanganku, jadi aku letakkan benda pintar itu ke atas meja.
"Sam ngasih tau gue tentang sms elo."
"Bukannya kalian pacaran, Abby?! Apa maksudnya semua ini?!" Tiba-tiba dia bertanya padaku memakai nada tinggi.
Tentu saja akan kubalas dengan nada tinggi. "Lo yang apa maksudnya! Apa maksudnya lo mau ngerebut gue dari Sam?!"
Rio terkejut.
Sekalian saja kupojokkan Rio dengan pertanyaanku barusan. Aku sudah tahu alasannya, tapi aku pura-pura belum mengerti agar Rio mau mengungkapkan perasaannya langsung padaku.
"Gue ... gue cuma ga mau lo disakitin sama orang yang lo sukai. Jadi ... gue ngancam Sam. Lu ... luka gue ga masalah, By." Jawaban yang Rio katakan secara terbata-bata. Dia enggan menatapku. Dia gelisah, dia terus menggaruk lehernya. Dia sedang berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Ongoing) Invisible Love
Teen FictionRank : #6; 18 Maret '16 Teen Fiction #5; 21 April '16 Humor SEKUEL : NERD GIRL VS TROUBLE MAKER --- "Aku tidak peduli siapa yang akan menjadi cinta pertamanya, yang penting akulah cinta terakhirnya." ** Abigail Pradipta tumbuh jadi cewek yang sebena...