IL-18-Kode

43.7K 3K 76
                                    

IL-18-Kode

Abby sudah meninggalkan apartemen cukup lama. Rio masih betah mematung memegangi pipi kanannya yang membekas cap spatula. Pipi mulusnya menjadi kemerahan dan perih. Ia terbawa emosi dan rasa cemburu yang menggebu-gebu. Rio menyesal mengingat kembali kalimat yang telah dia lontarkan kepada Abby. Lalu dia mengingat juga alasan yang sebenarnya sampai Sam kehabisan oksigen.

"Kentut?" dahi Rio berkerut, tak berapa lama ia tertawa terpingkal-pingkal, "Cuma gara-gara kentut gue cemburu?"

Perlahan Rio berubah tersenyum getir, ia menoleh ke wastafel yang masih ada gelas dan piring kotornya.

"Gue harus minta maaf, mulut gue emang terlalu brengsek! Abby pasti tambah ngebenci gue sekarang!" Ia menendang kaki meja yang tidak bersalah.

Dia mendekat ke wastafel dan menyambung kerjaan Abby yang belum tuntas. Sementara ayam yang sudah Abby goreng beserta bumbunya, Rio masukan ke dalam kulkas.
"Gue kangen masakan lo, By."

Untuk beberapa detik, Rio memperhatikan keadaan apartemen ini. Ia pergi dengan wajah yang masih muram. Sesampainya di lobi, ia berniat menelepon Abby atau Alden. Tapi niatnya ia urungkan, ia benar-benar belum siap mengungkapkan perasaannya kepada Abby. Tembok Persahabatan masih berdiri kokoh membatasi mereka.

~°°~

Meja makan yang panjang, dua pelayan yang memakai pakaian maid dan siap disuruh apa saja berada di sisi kanan dan kirinya. Seorang wanita yang mengenakan blouse kerja berdiri di sampingnya. Makanan lezat yang tersaji, makanan yang terlalu banyak untuk satu orang saja.

Atha termangu mengacak-acak makanannya.

"Nona tidak suka? Saya bisa menggantinya," ucap pelayan yang memakai cepol jaring putih.

Atha manyun. "Kepengen junk food, Yurike."

"Tapi, Non. Nona Agatha sudah terlalu sering makan burger dan pizza. Itu makanan yang tidak bergizi. Tidak sehat, Nona Agatha," ucap wanita yang memakai blouse bernama Yurike.

Atha menelungkupkan sendok dan garpunya.
"Yurike, gue makan yang bergizi atau pun engga. Mereka udah ga bisa marahin gue. Jadi, pesenin gue pizza sekarang juga."

Yurike menghela napas. "Baik, Nona Agatha." dia undur diri.

Atha melirik dua pelayan yang masih menunduk.
"semua makanan di meja ini boleh kalian bawa pulang. Daripada mubazir," ucapnya datar.

Kursinya ia mundurkan dan Atha pergi dari ruang makan menuju kamarnya.

~°°~

Sam berdiri di depan jendela kamar, tangannya memegang secangkir green tea. Ia memakai celana training dan baju lengan panjang bergaris. Kamarnya tidak memiliki banyak perabot. Masih ada beberapa kardus yang belum dibuka. Ranjang king size-nya yang berantakan dan semuanya didominasi merah dan hitam. Baju seragam Sam tergantung rapi beserta sepatu sekolahnya yang berjejer di bawah tempat tidur.

Kedua iris mata cokelatnya memandang ke langit Jakarta yang hari ini cerah. Sam reflek tersenyum saat mengingat sesuatu tapi selanjutnya wajahnya berubah keruh. Ia meneguk teh hijau yang asapnya masih mengepul. Sam menghela napas berat.
"Selamat ulang tahun, Zoey. Lo pasti bahagia, tapi gue belum bisa."

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang