IL-39-Gerak Cepat

37.3K 2.8K 179
                                    


IL-39-Gerak Cepat

Sepeninggal Sam yang berpamitan dengan sopan kepada Ambar dan Kalvian, Abby jadi murung. Kemurungan itu tak lepas dari Rio yang entah kenapa nyalinya menciut untuk menanyakan penyebabnya.

Pikiran cowok berkaus bola itu berkecamuk tentang isi hati gadis berambut brunette ikal itu.

Rio mulai menemui titik kebimbangannya. Mereka berdua plus Lita yang sedang menggambar, tapi ia memilih duduk di lantai. Mata Abby tertuju pada layar televisi yang menampilkan film pahlawan luar negeri, badannya ada di sebelah Rio tapi pikirannya menerawang entah ke mana.

Haruskah Rio bertanya saat ia sudah mengira-ngira dan yakin akan jawaban pertanyaannya sendiri?

"Dan kalian kenapa ga kasih tau mamah kalo kalian pacaran?" Ambar datang dengan laptop di pelukannya, tak lupa sebuah senyum menghiasi wajahnya.

Lita yang mendengar itu hanya mendesah pasrah. Bocah SD itu masih patah hati, ia ingin sekali menendang Abby ke matahari lalu menyembunyikan Rio di bulan, tapi apa daya? Sekali lagi, ia hanya seorang bocah SD yang masa depannya masih panjang.

Abby menoleh ke arah Ambar dengan pandangan terkejut kemudian menggaruk tengkuknya grogi. "Ma ... masih anget, Mah. Biasa aja deh."

Rio tersenyum dan memberanikan diri merangkul pundak Abby di depan Ambar.

Abby tersenyum canggung saat matanya bertemu dengan mata Rio.

"Anget, anget, emangnya tai ayam," cibir Lita tak suka melihat tangan Rio berada di mana sekarang.

Ambar mempelototi Lita yang berani bicara tak sopan menurutnya. Soal Kalvian, alien itu sudah kembali ke sarangnya.

"Kirain tadi malah tamu ganteng itu pacar kamu, By?" tanya Ambar sembari menyalakan laptopnya.

"Bukan, Mah. Sam itu sahabat baru Abby dan aku mau jodohin dia sama Lita. Hahaha...." seloroh Abby yang ditanggapi tepukan jidat oleh Lita. Kakaknya memang tidak waras. Anggapnya.

Saat itulah Rio menghela napas lega.

Cuma sahabat? Syukurlah. Batin Rio senang.

"Tapi dia mau balik ke habitatnya, Mah." Abby bersandar ke punggung sofa lesu, "Ga ada dia garing!"

"Kalo ga ada aku gimana, By? Garing juga?" Rio memberanikan diri bertanya. Ia menyiratkan posisinya di hati gadis cantik tapi sayangnya jorok itu.

Abby menoleh dengan bingung tapi kemudian cubitan dihadiahinya pada Rio. "Gersang! Gersang hidupku kalo ga ada kamu sayang."

Dan kini Lita berekspresi seperti orang mau muntah melihat betapa Abby menyayangi Rio.

"Ekhem," dehaman seseorang mengambil perhatian mereka, orang itu menaikkan alis sebelah, "Siapa yang pacaran?"

Mengetahui siapa yang datang diiringi mata lasernya, Rio sontak menarik tangannya dari bahu Abby. Ia menyapa orang itu kikuk. "Eh, Om Ba ... Bara, baru pu ... lang?"

Bara mengendurkan dasi yang telah mencekeknya seharian di kantor, ia duduk di sebelah istrinya.

"Mau disiapin air panas, Pah?" tawar Ambar dan Bara pun mengangguk.

Ditinggal istrinya, Bara sempat mengelus kepala Lita sebelum menatap Rio dengan tatapan jangan--sentuh--anak--saya pada Rio.

Tidak ada keramahan atau senyum yang biasanya selalu Bara hadirkan di wajahnya jika bertemu dengan anak sahabatnya itu usai mengetahui status Abby dan Rio. Itulah yang Rio saksikan.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang