IL-15-The Good Devil

38.6K 3.2K 95
                                    

IL-15-The Good Devil

Alden masuk ke toilet, ia memutar keran dan membilas wajahnya. Cowok hidung bangir ini mengingat kembali tuduhan kembarannya.

"Gue suka sama Atha?" Ia bertanya kepada diri sendiri sembari menatap nanar refleksi dirinya, Alden tersenyum kecut.

"Mana mungkin gue suka sama dia? Dia itu bloon, ceroboh, ga tau malu, suaranya cempreng dan ... kadang emang nggemesin."

Alden melotot menyadari akhir kalimat yang ia ucapkan. Ia cuci muka lagi seakan-akan dengan cara itu, bisa menyadarkannya bahwa semua yang ia bicarakan dengan Abby tadi hanyalah sebuah mimpi.

Sayangnya, bukan mimpi.

Alden kembali mendongak dengan kedua tangan memegangi pinggir wastafel.
"Kalo pun gue suka sama Atha, ga mungkin juga gue ngerebut target sahabat sendiri. Rio sahabat gue, Atha bukan siapa-siapa! Dia ga penting, gue ga suka sama dia!"

Digelengkan kepalanya, mengaburkan rasa kesal setiap kali mengingat kedekatan Atha dan Rio di lapangan basket waktu itu.
"Abby salah, gue ga suka sama Atha. Gue ga cemburu! Gue cuma ga suka Rio mainin cewek lagi. Ya! Ya! Itu alasannya."

Usai meyakinkan diri sendiri bahwa apa pun yang Abby katakan adalah kesalahan, Alden balik ke kelasnya. Ia masuk saat gurunya sedang menjelaskan tentang logaritma, guru itu hanya mampu berdecak dan mempicingkan mata.

Rio yang fokus menggambar pola benang kusut di buku tulisnya menengok ke samping, "Lo abis dari mana?"

Alden membuka buku tulisnya.

"Boker," jawabnya asal.

~°°~

Sam tiduran di salah satu ranjang UKS yang tidak ada penjaganya, setiap ranjang hanya dibatasi gorden putih. Wajah tampan yang biasanya berseri-seri, kini berubah jadi keruh. Ia merubah posisinya, ia duduk bersandar di kepala ranjang dengan kedua tangan yang bersedekap.

"Permisi...." Suara seseorang mengambil perhatiannya.

Sam merasa terusik dengan suara itu, ia sedang ingin sendirian dan tenggelam dalam pikirannya.

"Tch, Bu Desi mesti udah pulang. Makan gaji buta ini namanya!"

Suara decitan ranjang menandakan orang itu sudah naik ke atas ranjang sebelah.

"Masih satu jam pelajaran lagi, lamaaaaa!" Orang di balik tirai itu sedang merenggangkan kedua tangannya ke atas.

Sam tersenyum, ia mulai mengingat suara itu. Suara gadis yang baru ia kenal beberapa hari lalu, gadis yang sebenarnya ditemuinya di sini juga.

"Mesumable," gumamnya. Ingatan Sam sebenarnya tajam, ia terkekeh dalam diam mengingat pertemuan singkat mereka.

Sam merengut setelah mendengar suara lirih yang menurutnya tidak sopan. Suara yang disusul bau seperti telur busuk.

Abby menarik napas lega, ia sukses buang angin dan sukses membuat Sam mau muntah.

Srek

Sam menarik gorden yang membatasi mereka dalam sekali tarikan.
"Lo mau ngebunuh gue?!"

Abby tersentak, ia hampir saja jatuh dari ranjang kecil itu kalau tidak berpegangan pada kepala ranjang.
"Sa ... Sa ... Sam?"

"Lo abis makan bangke, huh?! Gue ... uh, oksigen! Uhuk, uhuk ... oksigen! Tolong oksigen!" Sam benar-benar mual, ia mengibaskan tangannya untuk membuat angin agar bau yang memuakkan itu segera menghilang.

Melihat Sam tersiksa karena ulahnya, Abby duduk bersila dan mengipasi Sam menggunakan bantal.
"Hehehe..., sori. Gue kan ngiranya kagak ada orang." Abby menyengir merasa bersalah.

Jendela UKS untung saja terbuka, jadi bau gas perut Abby cepat hilang.

"Udah gue duga! Lo cewek jadi-jadian!" Ucapan Sam tidak disambut baik oleh Abby.

Abby memukul kepala Sam dengan bantal yang masih di tangannya.
"Lo juga cowok jadi-jadian! Lo cowok setan!"

Sam mendesis singkat.
"Beruntung lo saudaranya temen gue, kalo ga, udah gue serang lo saat ini juga!"

Pikiran negatif Abby berjalan, ia memukul Sam sekali lagi. Kali ini pukulannya lebih dashyat.
"Playboy setan! Kurangajar! Kunyuk! Tai!"

Sam menyembunyikan senyumnya. Ia tidak mengira kalau Abby bakal paham arti kata 'Serang' yang ia maksud.

"Gue bukan cewek sembarangan yang seenaknya mau disentuh-sentuh, bego! Cuih!" Abby pura-pura meludah di depan Sam lalu memalingkan wajahnya ke samping.

Sam kembali bersandar dengan tangan kiri menjadi bantal kepalanya.
"Ya terserahlah, gue juga sebenernya ga nafsu sama cewek berdada rata kayak elo."

Abby meradang kembali, ia lempar bantal ke wajah datar Sam.
"Gue ga rata! Asal lo tau, gue masih bisa berkembang!"

Ruang UKS kini dipenuhi gema tawa yang berasal dari Sam.

Abby yang sadar dengan kalimatnya barusan, langsung menutup mulutnya dan mengumpat di dalam hati.

Sam melirik Abby, "Ah, sayangnya bukan gue yang bakal bikin lo berkembang."

"Iyalah! Gue ga sudi disentuh sama cowok berakhlak setan kayak lo!" Abby kembali melakukan kesalahan, ia tidak bisa mengerem perkataannya.

Abby mendorong kepalanya sendiri ke samping, "Argh! Gue keceplosan mulu."

Sam tertawa lagi, kelakuan Abby bisa menggembalikan mood-nya dalam waktu singkat.

"Heh," Sam tidur menghadap Abby.

Abby mendelik, "Heh, heh, heh! Gue bukan heh-wan! Panggil nama gue."

"Iya. Heh, Abby. Lo udah berapa lama kenal sama Rio?" Pertanyaan yang tidak Abby duga terucap dari bibir Sam.

"Dari orok, ortu kita sahabatan. Ya, mau ga mau, gue sama Al tumbuh bareng kutu kupret itu," jawab Abby.

"Oh, pantesan." Sam manggut-manggut sambil memutar posisinya.

Abby ikutan terlentang menutupi tubuhnya dengan selimut sampai leher.

"Pantesan apanya?" tanya Abby yang kelopak matanya mulai terasa berat. Ia juga sudah menguap beberapa kali, hobi tidurnya benar-benar mengagumkan.

"Wah, selain tata krama lo ancur. Lo begonya parah. Ab..., lo," Kalimat Sam terputus karena dengkuran halus yang terdengar dari arah samping.

"Lo ga peka sama Rio." Sam melanjutkan kalimat yang takkan mungkin didengar Abby.

Posisi Sam kembali tidur menyamping, memandangi wajah tidur Abby untuk beberapa detik.
"Haruskah gue bantu kalian? Jadi setan yang baik? Seseorang harus segera bertindak sebelum semuanya terlambat. Sial. Kenapa gue harus peduli sama kalian?" Ia membuang napas beratnya.

Dengkuran Abby yang tadinya halus lama-kelamaan semakin keras.

Sam berdecak menyaksikan seorang cewek cantik bisa mendengkur layaknya seorang cowok gendut.
"Rio, selera lo jelek banget. Jelek parah."

~•••~

Tbc!

Vomment!

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang