IL-10-Teman Baru [Alden]

45.5K 3.3K 55
                                    

Edited

Abby sama Alden kayaknya ga bakal se-pe'a Ibunya deh, hahaha...

MUNGKIN,loh yak,haha...

IL-10-Teman Baru [Alden]

Rasa sakit mendera kepalaku, efek keluyuran di club semalam. Aku lupa berapa gelas alkohol yang membuatku begini. Aku kira, aku akan terbangun di rumah sakit atau di neraka. Bersyukur aku bisa mencapai rumah tanpa goresan sedikit pun. Tanganku kenapa sulit digerakkan?

Aku melihat ke samping. Abby tidur di sisiku menggenggam tanganku. Aku tersenyum melihatnya tidur dengan mulut setengah terbuka.

Pintu kamarku dibuka oleh Rio yang membawakan nampan berisi jus jeruk dan sarapan.

"Lo hebat, Al! Lo bisa pulang ke rumah bukannya ke ICU," katanya sarkas.

Melihat Rio tersenyum membawakan apa yang kubutuhkan saat ini, ah, aku ingat.

Rio dekat dengan Atha.

Baguslah! Kalau begitu aku tak perlu memikirkan cara untuk pindah sekolah karena sekarang Atha takkan begitu mengangguku lagi. Dia sudah punya Rio dan begitu juga sebaliknya.

Mereka berdua cocok. Aku meyakinkan diriku bahwa Rio dan Atha pantas bersama. Siapapun yang Rio suka, aku akan mendukungnya.

Mungkin.

Kenapa aku jadi ragu-ragu?
Sepertinya ada yang salah denganku, tapi apa?

Harusnya aku senang tapi kenapa jantungku berasa dibakar?

"Tuhan masih sayang sama gue," ucapku asal.

Tanganku kutarik dan bebas dari genggaman Abby, dia jadi menggeliat dan perlahan membuka matanya.

"Geez, lo sarap, nyet."

Bukannya sapaan, 'selamat pagi' atau pertanyaan, 'lo baik-baik aja?' dari Abby, malah seperangkat kalimat hinaan.

Abby duduk merenggangkan tangannya. "Lo bolos apa berangkat?"

Kayaknya nih bocah tidur tidak gosok gigi dulu, bau naganya berlipat ganda. Ck, susah punya saudara yang joroknya kelewatan.

Aku meminum jus jeruk. "Berangkatlah, gue kan mau bantu lo deket sama Samuel."

Abby menyengir menggaruk kepalanya.

"Cie ..., ada yang mau pedekate nih?" Rio duduk di sofa single menyeringai.

Aku tertawa melihat Abby melempar bantal dan guling ke arah Rio yang menggodanya. Dia beranjak pergi dan sekilas menunjukkan jari tengah kepada Rio.

Seharusnya, anak kembarlah yang sering bertengkar. Tapi malah aku harus selalu sabar menengahi dua orang yang tak mempunyai hubungan darah itu, Abby dan Rio.

"Al, lo beneran mau nyomblangin Abby?" Pertanyaan Rio membuyarkan lamunanku.

Aku masih bersandar di kepala ranjang. "Ya, kenapa?" Ck, kenapa nadaku cuek begini.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang