IL-48-Its Ending

25.9K 1.5K 85
                                    

Astogeh, lama yak gak apdet?

Niatnya padahal mo hiatus beberapa minggu, ada urusan, cuma balik wattpad lagi gegara liat status pesbuk orang, katanya kangen RiRi kutu sama Alden ganteng😚😚

Jadi.... Selamat membaca😚😚

IL-48-Its Ending

Cewek ngambek itu ngeri, itulah yang ada di otak Rio Aditama saat ini. Dia sudah kenal dengan Abby bertahun-tahun, yang akhirnya berujung kalau dia jatuh cinta duluan. Meski dia tahu, sejorok apa Abby, namun bukankah cinta adalah soal menerima kekurangan pasangan dan menutupinya dengan ketulusan?

Rio paham jika ponsel Abby yang tidak aktif, adalah salah satu tanda bahwa dialah yang harus mengejar Abby. Ya, di mana-mana, tugas cowok adalah mengejar cewek, bukan kebalikannya. Setiap pasangan pun memiliki rintangannya masing-masing, apalagi Alden dan Rio saat ini, masalah mereka berdua beda tipis.

"Atha udah bisa dihubungin belum?" tanya Rio sambil tetap menghubungi Abby meski yang menjawab hanyalah suara operator telepon.

Alden menggeleng. "Ini pasti pacar lo yang ngajarin cewek gue buat ngambeknya lama." Dia pun sama, mencoba menghubungi Atha dan hasilnya tak jauh berbeda.

"Gitu juga kembaran elo!" balas Rio, yang hafal jika saat Abby melakukan hal buruk yang tidak menguntungkannya, kadang kala Alden tidak mau mengakui keberadaan gadis itu. Seperti lepas tangan, dan sedikit menyalahkan saja.

"Kalo bisa gue mau ganti kembaran aja. Nyesel gue punya kakak kembar kayak dia," dumel Alden yang masih berada di parkiran bersama Rio.

Mereka habiskan waktu setengah jam untuk saling menyalahkan, menghubungi pacar mereka, dan bersungut-sungut karena tidak tahu ke manakah Abby dan Atha pergi. Rio cukup pintar untuk menghubungi Ambar, dan Alden pun menghubungi telepon rumahnya Atha, tapi mereka tidak tahu bahwa kedua gadis itu ada di tempat lain, dan sedang bercengkerama sambil memakan kue mochi.

"Bodo, Den," kata Rio, sebelum dia memilih berpisah saja, daripada terus bergelut dengan pelampiasan Alden yang terus menyalahkan Abby.

Rio melajukan motornya, dia berharap, Abby ada di apartemen lama Bara.

Sementara Alden, entahlah, dia menyalakan saja motornya, dan memukul tangkinya - menyesal.

~°°~

Abby sedang membuat jus apel, dia belum ada keinginan untuk pulang, padahal dia sudah ada di rumah Bian sekitar satu jam. Rumah paman sendiri, jadi dia bebas melakukan apa saja. Dia bersenandung sambil memotong-motong apel merah menjadi bagian yang kecil agar lebih mudah dihancurkan. Tak berapa lama, Bian yang sudah memiliki kumis ala bapak-bapak mendatanginya ke dapur untuk membuat kopi gelas keduanya.

"Jadi penyanyi aja, By," kata Bian, dia membuat senandungan Abby seketika jadi terhenti.

Abby kagetlah. "Astaga Paman! Ngagetin deh!"

Bian tertawa kecil, dia kemudian mengambil alat penyeduh kopi yang diletakkan di dekat kulkas. "Kalo inget kamu, paman jadi inget mamahmu, By. Kalian tuh enggak jauh beda."

"Beda, Paman," jawab Abby yang sudah menekan blendernya, "Aku muda, mamah udah tua."

"Nah, kalo mulutmu itu kayak papahmu. Pedes-pedes gimana gitu," balas Bian lagi yang bersandar di meja bar.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang