IL-23-Beloved [Alden]

41.2K 2.9K 112
                                    

SELAMAT MEMBACA!

IL-23-Beloved [Alden]

Naluri sebagai seorang sahabat, muncul. Aku selalu jadi penengah jika Rio dan Abby bertengkar. Aku juga kasihan kepada Lita yang kehabisan kuota internetnya, jadilah aku keluar rumah bersama Atha. Selain itu, aku sekalian modus. Walaupun aku masih kalah jago dari Lita yang pintar melakukan modus operarif terhadap Rio, tapi namanya juga usaha.

Sebenarnya sebelum Rio dan aku membuka pintu perpustakaan ada percakapan singkat yang terjadi antara aku dan Rio. Dia sempat berhenti di depan pintu perpustakaan.

"Al, gue boleh minta tolong ga?"

Suaranya tidak sesemangat saat acara rebutan remot televisi.

"Apa?"

Aku yang pada awalnya masih tertawa karena puas menarik telinga Rio, berhenti karena melihat wajah Rio berubah serius.

"Kasih pertolongan yang biasa lo lakuin kalo gue dan Abby marahan. Tinggalin kita berdua bicara. Bisa?"

Aku menuruti permintaan Rio, membiarkan dua orang itu mengobrol. Syukur-syukur baikan, biar tidak ada kecanggungan lagi di antara mereka.

"Gue tebak. Lo ngajak gue keluar, biar dua orang itu bisa baikan?" Atha membuka topik pembicaraan sambil menuruni tangga.

Aku mengusap tengkukku. "Kalo ga ditinggal, tuh anak dua bakal lama akurnya."

Kebetulan lewat di depan kamar Lita, aku mengecek kamarnya.

Kamarnya kosong?

Palingan tuh anak lagi main di sekitaran kompleks. Lita, dia tomboy. Dia tidak suka main games online tentang masak-masakan, mendandani cewek, pokoknya berbeda dengan Abby.

"Nyariin siapa, Al?" Atha ikutan melongok. Aku jadi mencium parfumnya yang bau vanila? Bau apa ini? Harum. Stroberi?

Ck, iya. Bau stroberi.

"Nya ... nyari Lita." Aduh, detak jantungku berdetak aneh lagi.

Aku menengok dan wajah kami berdekatan. Sontak kami berdua menarik mundur tubuh kami.

"A ... ayo kita keluar, hehe...." Atha berjalan duluan dengan tawa kikuknya.

Aku menggaruk alisku. Astaga... wajah kami dekat sekali tadi!

Kupegang dadaku, detak jantungku sangat cepat.

Apa ini yang orang jatuh cinta rasakan?

Aku menyusul Atha yang langkahnya biasa dan sesekali menengok ke belakang.

Aku tertawa melihatnya mengigiti jemarinya. Biasanya orang yang melakukan tingkah seperti itu, artinya gugup.

Kami melewati ruang tengah dan bertemu Mamah yang sedang menerima telpon. Mamah menurunkan gagang telponnya. "Mau pada ke mana?"

"Beli cemilan, Mah. Rio ngabisin cemilan Atha sama Abby." Aku berbohong dan Atha mengiyakan bohong putihku.

"Oh, oke." Mamah kembali mendekatkan gagang teleponnya ke telinga. Aku dan Atha kembali jalan, kami saling tersenyum karena kebohongan kami tadi.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang