IL-2-My Bad Day [Abigail]

81.5K 4.7K 138
                                    

"Nggak ada cewek jelek di dunia ini. Semua cewek cantik, kalo hatinya yang buruk rupalah mungkin banyak." ~Abigail Pradipta

IL-2-My Bad Day

ABIGAIL

Aku melewati para murid yang fokus di depan mading melihat urutan ranking. Tempelan kertas itu menurutku tidak berarti apa-apa, aku sudah memperkirakan aku akan berada di urutan berapa. Abigail Anne Pradipta sudah pasti masuk sepuluh besar dari 200 murid kelas sebelas. Sepuluh besar dari belakang, seperti semester satu lalu. Tempelan ranking yang hanya bisa kami lihat usai liburan semester dan kembali ke sekolah.

Sekolahku memang sengaja memperjelas tingkat kepintaran murid-murid di sini, siap-siap saja yang bodohnya tidak tertolong pasti bakal diremehkan. Tadinya aku dan si Monyet Alden akan didaftarkan ke sekolah lama orangtua kami, tapi kami menolak. Kami sudah bosan dengan ocehan mereka tentang kisah cinta mereka di sekolah itu. Alasan terkuat kenapa aku menolak adalah aku ingin menemukan kisah cintaku sendiri di tempat yang berbeda. Kalau Alden menolak karena aku terus merengek kepadanya dari pagi hingga malam, setiap hari.

"Kyaaaaa ..., Alden peringkat satu lagi!" jerit seorang siswi yang terdengar histeris.

Aku memutar kedua bola mataku, aku tebak yang menjerit berlebihan itu adalah Atha. Penggemar nomor satu kembaranku, nama lengkapnya Agatha Kusuma.

Aku berhenti melangkah karena penasaran ranking berapa cewek itu, aku menoleh dengan tampang kepo. Kata 'Kepo' yang berasal dari masa remaja orangtuaku. Kata yang unik.

Atha berjingkrak-jingkrak riang gembira di depan mading. Semua orang berdecak dan menatap aneh kepada Atha.

Alden memang pandai, tetapi kepandaiannya tidak sepenuhnya diterima oleh siswa-siswi di sini. Kenapa? Karena Alden suka bolos sekolah, jarang mencatat pelajaran, tidak mengikuti ekstrakurikuler apa pun, dan seringnya keluyuran saat jam pelajaran sedang berlangsung. Kelakuaannya yang minus itu tentu memancing curiga banyak orang. Terutama murid yang siang malam mati-matian belajar tapi tidak kunjung berhasil mengalahkan Alden.

"Minggir-minggir." Aku menelusup ke dalam kerumunan, aku muncul di samping Atha yang masih tenggelam dalam tingkah absurd-nya. Kata unik lain yang sering Mamah gunakan dalam novelnya.

Aku meneliti tempelan kertas itu. "Wow! Ternyata gue ranking lima?"

Lima dari belakang dan aku bangga! Semester kemarin aku ranking tiga dari belakang, setidaknya ada kemajuan. Aku jejingkrakkan seperti Atha dan kita berdua ber-tos ria.

"WAAAA! Abby?!"

"WAAAA! Atha?!"

Ucapan kami tadi dilakukan serentak dengan mata membulat tapi detik setelahnya kami tertawa.

Aku tak benar-benar tolol, aku hanya berlagak tolol.

Aku berhenti tertawa saat manik mataku beradu dengan milik Alden yang memandangi kami dari seberang lapangan basket. Tatapan tajam yang menyuruhku menyingkir dari Atha.

Aku menarik tanganku. "Jangan sok kenal sama gue!"

Atha terlihat bingung. "Loh barusan kita kan--"

"Berisik lo! Cewek bego," cibirku sambil mengibaskan rambut menjauhi Atha yang mulutnya menganga lebay. Lebay, kata jadul lainnya yang sering aku dengar di rumah.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang