IL-29-Mark His Words [Abigail]

37.7K 3K 151
                                    

IL-29-Mark His Words [Abigail]

Aku letakkan sepiring gurami goreng kesukaan Ri. "Makan yang banyak, Ri," ucapku. Aku tersenyuman lebar.

Rio yang tersenyum saat bercakap-cakap dengan Lita, memasang wajah datarnya padaku. "Ga usah disuruh gue juga makannya banyak."

Orang ini tahu diri sekali kalau makannya banyak. Makanya dia sering menghabiskan nasi di sini. Geleng-geleng kepala sajalah.

"Perasaan tadi ada yang seneng banget digorengin gurami goreng. Sekarang ke mana orangnya ya?" Sarkasme-ku muncul. Aku beralih memunggungi dua orang itu untuk mengelap kompor. Setiap selesai masak, harus dilap. Itu aturan yang Mamah buat di rumah ini. Orang tuaku memang disiplin, tapi anaknya belum ada yang mau meniru. Mau tidak mau aku mengelap kompor, mencuci piring, dan segala hal lainnya nanti.

"Ya, makasih, Abby." Perkataan Rio terdengar setengah hati?

"Kak Riooooo, aaaaaaaa...." Itu suara Lita yang sedang menyuapi Rio.

Aku melepas celemekku, berbalik melihat mereka.

"Aem." Rio menerima suapan Lita dan mencubit pipi anak moduser itu. Apa itu moduser? Sebutan dariku untuk seseorang yang memurutku pintar melakukan modus.

Ah ada ide!

Aku menarik mangkuk besar yang berisi nasi.

Kupasang wajah lesu dan mengambil nasi setengah centong, capcay sesendok makan, satu potong tahu goreng saja.

Helaan napas panjang bersumber dari cowok di depanku terdengar. "Inget maag, By."

Trik pertama berhasil, trik dalam rangka : Program Tarik Mendekat.

"Sebodo. Kerjaan gue abis ini banyak, cucian piring noh! Bejibun," kataku pura-pura jutek.

Rio menghela napas lagi.

Aku menunggu... menunggu... Rio tidak berbuat apa pun seperti acara makan siang yang ada Atha juga waktu itu.

Aku mendongak melihat Rio yang makan dengan lahap. Sesekali tangannya membersihkan butiran nasi yang menempel di pipi Lita.

Lita tersenyum senang. "Kak, aaaaaa...." dan Rio memakan suapan Lita lagi.

Melihat kedekatan mereka berdua, aku merasa terkucilkan dan tersingkirkan. Rio sering bersikap manis kepada Lita sementara denganku, dia tunjukkan sifat setannya. Apa saat bersama pacarnya, Rio juga menunjukkan sifat manisnya seperti itu? Najis.

Makan setengah centong bisa habis hanya dalam waktu semenit. Aku berdiri dan mulai mengurusi masalah perabotan yang berada di dalam bak pencucian.

"Kalo udah selesai makan, tinggal aja piringnya." kataku. Aku menuangkan sabun pencuci piring ke atas spon lalu mengusapkannya pada talenan.

Beberapa saat kemudian keheningan menyelimuti dapur. Ya, di dapur ada meja makan untuk keluarga intiku. Ada ruang makan besar yang di gunakan jika ada acara khusus atau kumpulnya keluarga besarku. Selain keheningan, perasaan badmood juga melandaku.

"Biarin Mbok Tini aja yang ngurusin kenapa?" Aku tersentak mendengar suara Rio yang ternyata masih ada di meja makan.

"Berisik lo, suka-suka gue dong." jawabku beneran jutek.

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang