IL-40-Love Her Lately [Samuel]

38.2K 2.4K 53
                                    

IL-40-Love Her Lately (Samuel)

Usai beristirahat sebentar akibat jet lag, yang kulakukan adalah melesat ke Bandung. Aku ingin melihatnya lagi, aku ingin melihat dia yang sudah lama tidak kudengar suaranya. Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah libur Natal dua tahun yang lalu. Setiap kali liburan Natal, aku pasti menyempatkan untuk pulang ke Indonesia dan bertemu Keluarga Rahardian di Jakarta. Keluarga sahabat Papaku itu pindah ke Bandung sejak beberapa bulan lalu karena bisnis keluarga mereka. Natal tahun kemarin aku tidak pulang, karena Nenek dan Kakekku pun sudah meninggal. Kini aku pulang ke Indonesia bukan untuk liburan tapi menetap bersama Kakakku Elsa. Ya, aku berpikir untuk mulai menetap di negara yang kaya ini. Aku tersenyum sembari melirik foto yang kuletakkan di dashboard mobil.

"Zoey, mau ... mau jadi pacar aku ga?" Aku bicara sendiri sepanjang perjalanan. Aku sudah menyiapkan rangkaian kata di dalam kepalaku. Aku ingin membuat cewek itu jadi milikku.

Nama lengkapnya adalah Zoya Amanda Rahardian tapi aku lebih suka memanggilnya Zoey. Dia sahabatku yang ternyata menyimpan perasaan untukku.

++++++

Aku membanting tubuhku di kasur. Tadi siang aku berlatih Football sampai rasanya badanku mau remuk. Para bule itu sukanya main kasar dan tidak kira-kira dalam hal menubruk orang. Tidak peduli badanku masih berkeringat, aku berusaha memejamkan mata dengan tubuh yang terbalut jaket.

"Ceilah..., capek, Mas?"

Aku jadi tidur menghadap tembok karena mendengar suara si bawel Elsa yang tiba-tiba masuk ke kamarku. Dia wanita terberisik yang pernah ada di dalam hidupku.

"Get out of my room, Sa! I'm tired!" Aku menutup telingaku menggunakan bantal.

Aku merasa kasurku bertambah beban dan pastinya karena Elsa ikutan tidur di ranjang king size milikku. Aku menggeser lebih dekat ke tembok. "Pergi sono! Gue mau tidur!"

"Ck. Sante Bos. Kakakmu yang cantik ini punya sesuatu buat adiknya dari Indonesia loh."

Aku memutar bola mataku malas. "Apaan? Tempe? Singkong? Taro aja di kulkas, ntar gue masak sendiri."

Elsa menaruh satu tangannya di pinggangku lalu mendadak dia menjambak rambutku. "Bego! Dengerin Kakak lo dulu!"

Aku mengaduh kemudian terduduk menghadapnya. "Apaan sih?! Buru! Gue capek beneran!"

Dia menopang kepalanya memakai tangan sembari memainkan anak rambutnya. "Um..., gue mau tanya. Pacar lo ada berapa sekarang?"

Aku menghitung jemari tanganku. "Sepuluh. Tapi cuma mainan. Udah gitu doang? Udahlah pergi lo bawel, gue mau sleeping handsome."

Tadi sudah menjambak dan baru saja dia menendangku hingga aku mengaduh lagi. "Mainan, hah?! Lo kapan mau seriusnya? Murahan banget jadi cowok, De, De."

Aku mengusap pinggangku yang makin sakit akibat tendangannya. "Gue ga minta lahir dengan wajah setampan ini."

Dia mendesis singkat. Tangannya mengeluarkan ponsel lalu meraih earphone yang ada di atas nakas dan memasangkannya ke ponsel miliknya. Dia menyodorkan ponselnya padaku. "Dengerin sampe abis. Ini hadiah dari gue dan gue harap setelah dengerin ini, lo tobat jadi playboy kampungan."

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang