IL-19-Sesi Curhat [Abigail]

36.9K 2.9K 68
                                    


IL-19-Sesi Curhat [Abigail]

Sam tiduran di kasur dengan posisi miring menghadap ke arahku. Lagi-lagi UKS sedang sepi, apakah ini semua telah digariskan oleh Tuhan?

"Tatapan lo mesum." Aku duduk bersila di atas ranjang dan bersedekap dada.

Sam terkekeh. "Tatapan gue emang gini, Ab. Lo aja yang otaknya kotor."

Aku tidak bisa menyangkal omongan Sam, memang aku suka berpikiran mesum. Kadang kala loh ya!
"Kayaknya UKS tempat favorit lo ya? Di luar negeri, lo pasti sering mesuman di UKS?"

Cengiran mesum menjawab pertanyaanku. "Ga juga kok, Ab."

Sam tiba-tiba berhenti berbicara. "Ah udahlah kok malah bahasannya ngelantur. Katanya lo mau curhat."

Tatapan selidikku untuk Sam mereda. Aku menyapu pandang keadaan UKS dan mataku berhenti melihat Sam. "Kalimat ambigu lo bikin gue bermasalah."

"Bermasalah? Kalimat yang mana? Ingetin gue," ucap Sam yang kukira dia hanya pura-pura. Tapi sepertinya dia benar-benar lupa.

Napasku terbuang kasar. Aku ingat-ingat lagi kalimat Sam yang sangat ambigu. Bahkan Alden sampai salah paham, juga Rio yang tingkat kesalahpahamannya membuat dia berpikiran bahwa aku tipe cewek gampangan.

"Ya ampun, Ab. Ga usah pura-pura lupa, yang tadi. Tadi 'kan gue sampe kehabisan oksigen gara-gara elo." Oh iya, itu bunyi kalimatnya.

Sam menungguku mengeluarkan suara.

"Gini, bunyinya, 'Ab, ga usah pura-pura lupa. Gue sampe kehabisan oksigen gara-gara elo.' Begitu bego ucapan lo yang akhirnya bikin banyak orang salah paham!" Aku menjentikkan jari ke udara.

Sam terdiam lalu dia tertawa sangat keras. Dia sampai berguling-guling di ranjang yang kecil. Ranjangnya berdecit karena dia terus berguling tidak jelas. "Hahahahaha...."

Dia terus tertawa, tawanya membuatku kesal bin geregetan. Aku copot satu sepatuku dan kulempar ke kepala Sam. "Kunyuk! Kok lo malah ketawa! Harusnya lo merasa bersalah! Minta maaf kek atau apa kek!"

Sam mengaduh karena sepatuku mengenai hidungnya. Tetap saja dia tak berhenti tertawa.

Anjrit!

"Hahaha... gue ga ngira dampak ucapan gue bakal sehebat itu! Hahahaha...." ucap Sam di sela-sela tawa genderuwonya.

Sam berbalik menghadapku lagi.
"Lo inget-inget, Ab. Perasaan bukan cuma gue yang salah. Gimana jawaban lo setelah denger kalimat ambigu gue?"

Aku kembali berpikir dan memutar ingatanku seperti deretan pita film.

"Ga janji ye...! Kalo gue ga tahan ya gue lakuin. Gue malah seneng lo sampe kehabisan oksigen. Tandanya gue hebat banget!"

Sontak aku langsung menutup mulutku yang akan menganga lebar. Jawabanku sama ambigunya dengan kalimat Sam.

Sialan!

Tawa Sam pecah memenuhi ruangan, sekarang malah lebih keras.
"Hahaha... kita berdua itu salah, Abby! hahaha...."

Bibirku melengkung ke bawah, aku mengangguk lesu.
"Lo bener, Sam. Gue juga salah."

Aku akhirnya tiduran menatap langit-langit, ternyata aku ikutan salah. Pantas saja Alden dan Rio sampai salah paham.

Ini semua karena kebodohanku.

"Ngomong-ngomong, Ab. Siapa yang salah paham sama omongan gue? Lo kayaknya khawatir dan sedih, hm... pokoknya lo kelihatan muram."

Aku tiduran miring ke arah Sam yang sedang berbantalkan tangannya.
"Pertama Alden, dia kira kita tuh ciuman--"

"Hahahaha... lo sama gue kissing? Hahaha...gue ga senafsu itu sama lo! Hahaha...." ucapanku terpotong oleh Sam yang tertawa lagi.

"Gue juga ogah kissing sama orang yang ga gue suka!" jawabku tegas.

Sam perlahan mengurangi tawanya.
"Hm, gue pernah kok kissing sama orang yang ga gue suka. Hasilnya buruk, Ab. Hahaha...." Dia tertawa samar.

Aku merasa Sam mempunyai sesuatu yang membayanginya. Sesuatu yang berunsur kesedihan?

"Terus selain Alden siapa lagi? Lo bilang 'kan tadi banyak yang salah paham." Sam kembali menjadi Sam yang bisa diajak mengobrol. Kesedihannya menghilang entah ke mana.

Aku menyebutkan namanya. "Rio," ucapku lirih, "Rio ngira gue ngapa-ngapain sama lo di UKS. Dia bilang gue cewek yang gampang dipegang cowok. Pokoknya lo harus jelasin semuanya sama Rio! Harus!"

Bisu, Sam menjadi bisu. Dia tidak bergerak dan hanya mengerjapkan kedua kelopak matanya.
"Hahahahahaha...." Sepuluh detik selanjutnya dia tertawa lagi.

Sam tolol.

Aku bangkit kemudian memukul kepala Sam menggunakan bantal secara membabi buta. "Heh monyet! Lo bego banget ya! Dari tadi ketawa mulu! Gue sakit Sam! Gue sakit dibilang cewek gampangan! Gue sakit dan lo asik-asik ketawa! Kampret!"

Sam menamengi dirinya menggunakan kedua tangannya. "Hahaha... lo sakit? Lo sakit kenapa? Oh gue tau! Lo sakit karena Rio?"

Aku berhenti membuat Sam menderita karena pukulanku.
"Kenapa karena Rio? Sok tau!"

Sam duduk bersandar di kepala ranjang. Dia menarik napas panjang.
"Kita harus peka dengan orang-orang di sekitar kita. Terutama perasaan mereka."

Aku duduk kembali, "Pake bahasa manusia, Sam."

Lirikan Sam tertuju padaku.
"Lo sakit karena Rio bilang lo cewek gampangan 'kan? Kalo pake bahasa manusianya, lo takut Rio ngebenci elo. Dan menurut gue, Rio itu cemburu sama gue."

"Hah? Cemburu?"

"Perlu lo tau, Ab. Gue emang sengaja ngucapin kalimat ambigu itu untuk Rio. Dugaan gue ternyata bener, Rio suka sama lo Abby." Sam tersenyum di akhir ucapannya yang sangat mengejutkanku.

Ini gila!

"Lo sok tau! Rio ga mungkin suka sama gue, kita cuma sahabatan! Aneh, freak, weird! Impossible!" Aku menarik rambutku. Aku tidak mempercayai ucapan Sam! Lagi pula, dia bilang, itu dugaannya 'kan?!

"Do not love him lately, Ab," ucap Sam yang perlahan bangkit dari ranjang. Dia mendekatiku dan mengusap kepalaku. "Gue bakal selalu dengerin curhatan lo. Cepetan peka, Ab."

Sam meninggalkanku sendirian dengan pikiran yang berkecamuk.

Aku tertawa getir memegangi kedua kakiku. "NO WAY!

~•••~

Tbc!

Tinggalkan Vomment!

Thanks to Sam! Akhirnya dia nyadarin Abby, wkwkwk...

(Ongoing) Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang