[09]

5.1K 605 47
                                    

"Happy birthday, Sara..." ucap orang-orang yang ada di acara ulang tahun Sara sebagai penutup lagunya.

"Happy birthday my favorite blonde!" Haizley memeluk Sara dengan erat sedangkan yang lainnya hanya tepuk tangan sebagai ekspresi betapa senangnya mereka melihat temannya bertambah tua.

"How about me?" Pamela memajukan bibir bawahnya. "Apakah aku bukan favorit mu."

Haizley menggeleng. "Bukan. Jika kau masih hidup tahun depan saat kau berulang tahun maka kau akan menjadi favoritku juga," perempuan berambut brunette itu pun ikut memeluk temannya yang juga berambut pirang seperti sahabatnya yang sedang berulang tahun.

Pamela menarik tangan Sara dan Haizley ke dekat kolam. Sara menggeleng, "Jangan dorong dia ke kolam, itu jika kau ingin diamuk Harry setelah pulang tour," ujar Sara, Pamela hanya mengedikkan bahunya lalu mendorong Sara ke kolam.

Pamela berniat menarik Sara dari kolam, namun yang ada dia ditarik kembali oleh Sara sehingga kedua nya basah dan menjadi tontonan orang-orang. "Kami tidak ingin mendorong mu, tapi apakah kau tidak ingin basah bersama kami," ucap Pamela.

Haizley berniat membuka mulutnya untuk berbicara tapi ponselnya berdering menampilkan nama Harry, itu membuatnya menjauh dari orang-orang dan mencari tempat yang sepi agar bisa mendengar suara Harry. "Hello, darling." sapa seseorang di seberang dengan suara bariton nya. Haizley duduk pada sofa yang berada di rumah Sara kemudian meluruskan kakinya.

"Hey my bitch," balas Haizley sembari terkekeh pelan.

"Aku merindukanmu."

Haizley membentuk garis tipis pada bibirnya. "Setiap hari, bahkan kau mengatakan itu lima kali dalam sehari. Untuk apa kau menelepon, bukan kah disana sudah Dini hari. Kira-kira pukul dua malam."

"Siapa yang menelfonmu. Aku hanya ingin tahu keadaan anakku, ye..." ledek Harry. Tanpa Haizley melihat pria itu, namun dia tahu kalau pria itu sedang tertawa di sana.

"Itu sama saja tolol, kau bicara melalui aku. Ada pesan pesan terakhir?"

"Apa. Kau pikir aku mau mati."

"Aku mengharapkan itu."

"Kau sedang apa?" tanya Harry.

Haizley memutar bola matanya ke atas lalu menjulurkan lidahnya ke ponsel seraya mengumpat, mungkin seandainya ponsel itu bukan salah satu benda kesayangannya, Haizley akan melempar ponsel yang saat ini bisa mengeluarkan suara Harry. "Sedang bercinta dengan kekasihku," jawab Haizley datar.

"How could you..."

"Berlebihan. Kau sudah tahu kalau sekarang aku sedang berbicara denganmu, kenapa bertanya lagi, Harry, Harry sayang, cintaku, segalanya bagiku. Astaga, kau tambah genius, ya. Moron!"

"Ayolah, walaupun kau tidak mengaku kalau kau itu penggemarku. Tapi, kau pasti pernah melihat blog yang di tulis penggemarku, kalau aku menyukai perempuan yang bisa diajak mengobrol tengah malam."

Haizley tersenyum sinis meskipun Harry tidak melihatnya secara langsung. "Disitu dini hari, Harry sayangku bukan tengah malam. Dan aku tidak pernah membaca artikel yang ditulis oleh conditioner itu."

"It's Directioner babe," ralat Harry.

"And I don't care bitch," balas Haizley.

"Aku pikir anakku sudah lahir."

"Iya, astaga. Dia sudah lahir, sudah bisa jalan, sudah punya pacar. Puas."

"Kalau anaknya laki-laki diberi nama siapa. Aku tidak punya nama laki-laki,
karena aku harap anak itu perempuan."

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang