[34]

3.1K 334 51
                                    

"Itu sama saja tutorial bunuh diri?!" aku menutup telingaku karena Niall baru saja teriak dari dalam telepon.

"Oh c'mon, aku menelpon kau tengah malam begini untuk mengatakan itu."

"Tidak. Aku tidak mau. Aku masih mau hidup. Aku belum menikah. Ajak saja Louis, pasti dia akan membantumu."

"Kau adalah orang yang tepat. Aku akan menuruti apapun keinginanmu."

"Simpan uangmu untuk menjamin es krim anak iblismu itu. Aku belum bangkrut."

"Kalau kau tidak mau, lupakan saja aku. Jangan ingat aku lagi."

"Baiklah, selamat malam menjelang pagi."

"Eh jangan," aku terkekeh, "Niall, kumohon. . . apakah kau tidak kasihan melihat Olivia."

"Kau menggunakan Olivia agar kau untung. Tidak. Aku tidak mau. Tanpa aku, rencana busukmu akan terlaksana."

"Kau 'kan paling jago akting."

"Itu kau Harry."

"Ya. Kalau aku yang akting, rencanaku gagal. Dia sudah tahu kalau aku ini pintar akting."

"Tapi. Kalau ada apa-apa. Kau yang bertanggung jawab."

"Iya. Aku selalu bertangung jawab. Olivia buktinya."


Author's POV

Koper Haizley bahkan belum sempat ia seret bersama kedua temannya namun Niall beserta ketiga anak sudah ada di dalam rumahnya menghalanginya untuk pergi. Anehnya Harry tidak muncul pagi ini. 'mencurigakan' pikir perempuan itu, "Kenapa wajah kalian bersedih seperti itu. Aku hanya pergi satu minggu bukan meninggalkan dunia."

"Harry! Oh Tuhan, aku tidak menyangka ini." Niall berpura-pura menangis dengan melap air matanya sementara Haizley hanya tersenyum miring melihat Niall, tidak menunjukkan ekspresi kalau dia sedang penasaran apa yang terjadi.

"Ada apa dengan teman kalian?" kali ini Pamela yang bertanya, rencananya mereka akan berangkat bersama-sama.

"Pamela! Bagaimana jika mantanmu sakit. Apakah kau bersedih?"

Pamela menggeleng. "Tidak. Aku peduli setan. Kalau perlu mati saja."

Sara mendaratkan tangannya pada tengkorak gadis itu, "Halah... kalau Zack sakit. Kau pasti akan khawatir."

"Heh! siapa yang khawatir. Lupakan. Memangnya siapa yang sakit?" tanya gadis itu.

"Kenapa? Harry sakit, ya." Haizley menyisir rambutnya ke belakang. "Dari dulu dia memang sakit."

Niall mendecakkan lidahnya, "Bukan sakit itu. Aku juga tahu kalau dia itu sakit dari dulu."

"Kenapa? Dia wasir, disambar nyamuk, diinjak semut--"

"How could you. Mom tahu, Dad Oliver satu-satunya sakit!" ucap Olivia dramatis, anak itu sudah banyak berbohong hari ini bahkan Bradley sudah menghitung dan memperkirakan Neraka mana yang pantas untuk Olivia.

"Kau dibayar berapa oleh Harry? Aku yakin temanmu itu menghabiskan banyak uangnya untuk membayar kalian."

"Aku tidak bangkrut. Uangku masih banyak. Aku bahkan bisa menjadikan kalian bertiga pembantuku dengan harga dua kali lipat dibanding bayaran kalian saat bekerja." ucap Niall.

"Aku lebih memilih tidak dibayar saat bekerja dibanding menjadi pembantumu. Bujangan lapuk," ledek Sara.

"Apa katamu, gadis tua!"

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang