[29]

4.3K 440 71
                                    


Haizley's POV

"God save our gracious Queen, long live our noble queen, God save the Queen send her victorious, happy and glorious, long to reign over us God save the Queen. Oh Lord, our God, arise, scatter her enemies, and make them fall confound their politics, frustrate their knavish tricks, on three our hopes we fix, God save us all."

Aku mengusap wajahku mendengar orang menyanyikan lagu kebangsaan Inggris. Siapa yang menyanyikan lagu itu, ini bukan suara Olivia. Aku memicingkan mataku melihat apa yang ada di depanku, pandangan ku masih mengabur. "Hey..." sialan, sudah kuduga. Apa yang dilakukan manusia aneh ini pagi-pagi di Kamarku. Aku hanya menarik selimut menutupi wajahku, untuk kembali tidur.

"Thy choicest gifts in store. On her be pleased to pour long may she reign may she defend our laws, and ever give us cause, to sing with heart and voice God save the Queen..." dia masih saja melanjutkan lagunya dan menyanyikannya tepat di telingaku.

"Diamlah Harold! Apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi buta dan menanyikan lagu kebangsaan Inggris! Di sini tidak ada olimpiade maupun upacara."

"Untuk membangunkanmu tentunya. Ayo bangun, siapkan sarapan untuk kami." apa-apaan, dia pikir aku ini sejenis dengan dayang-dayang yang berada di rumahnya.

Aku mendengus sebal dan bangun kemudian menyandarkan tubuhku. "Kau mau mengantar putrimu ke sekolah? Pergilah, aku kelelahan dan aku mau tidur."

"Wow, Olivia mengatakan Pamela dan Sara menginap di rumahmu, kau habis dari Pub, hah." Harry mengatakan itu di depan wajahku dan nafasnya yang beraroma mint menerpa wajahku. Baguslah dia sadar diri, dia mandi sebelum datang.

"Tidak. Kau pikir aku ini tidak punya otak, jika aku ke sana tentu tidak ada yang menjaga Olivia. Lagipula Cameron ada di La Rochelle."

Harry tertawa mendengar penuturanku barusan, dia ikut duduk di sampingku dan ikut bersandar. "Chelina juga sudah pulang ke Vladivostok. Jadi, tidak apa-apa kan kalau kita-"

"Kita apa? Jauh-jauh sana," titahku hanya membuat Harry tertawa.

"Chelina kembali dua minggu lagi. Coba lihat dia. Meskipun dia hanya pacarku, tapi dia sangat perhatian padaku. Berbeda dengan kau dulu, sudah jadi istriku tapi menyiksa aku secara lahir dan batin," katanya seperti seorang wanita yang disakiti, aku tidak melakukan itu seandainya dia waras dulunya.

"Aku bukan Chelina. Jangan samakan aku dengan dia," kataku lalu bergeser ke samping untuk turun dari tempat tidur.

"Aku tidak bermaksud membandingkan kau dengan Chelina. Aku minta maaf jika kau tersinggung, kau tetap mendapatkan tempat yang istimewa. Kau marah?" Harry mendekatkan wajahnya pada wajahku sedangkan aku menggeleng lalu menarik selimut untuk merapikan tempat tidurku agar mataku tidak bertatapan dengan mata Harry. "Ayo jawab."

"Jawab apa?"

"Kau cemburu pada Chelina."

"Excuse me? T-tentu tidak. Keluar dari kamarku. Sebelum kau kujadikan sarapanku," titahku.

Harry hanya menunjukkan senyum cabulnya yang menjijikkan itu. "Aku mau jadi sarapanmu."

"Sayangnya, aku alergi memakanmu."

Harry mendekatkan wajahnya pada wajahku. "I lav u..."

Aku menyeringai sinis. "Makan itu cinta, berikan cintamu pada pacarmu agar dia gemuk makan cintamu. Aku sedang diet."

Harry melempar bantal pada wajahku. "Apa-apaan. Memangnya Cranston itu sudah membuat kau kenyang karena cintanya."

"Keluar dari kamarku," kataku dengan menunjuk pintu kamar.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang