[44]

3.8K 424 149
                                    

[a/n: warning ⚠️]

Author's POV

"Kalian sudah tahu belum?" siang hari yang mendung dan tidak berpetir ini, Bradley lagi-lagi membuka pembicaraan sedangkan anak yang lainnya sibuk menggambar pada meja berbentuk lingkaran.

"Kau mau gosip siapa. Kalau kau mau menggosip Dad ku, aku bersumpah tujuh turunanmu akan bisu. Jika itu tentang uncle Harry, aku sebagai menantu nya keberatan. Jika itu tentang uncle Zayn." Leo menjeda kalimatnya untuk berpikir beberapa saat. Leo mengangguk sebelum berkata. "Boleh juga--"

Ucapan Leo terpotong karena seorang anak memukul meja, "Tidak boleh! Aku keberatan. Aku tidak mau aib Dad ku diumbar. Kalian harus tahu, mengumbar keburukan orang itu tidak baik. Kau mau masuk Neraka. Nanti kau dibakar sampai hangus, di blender sampai hancur. Kau mau!" pekik Listal. Leo dan Bradley kembali duduk kemudian duduk. Sementara Leo kembali melanjutkan gambarnya, Bradley justru sibuk memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya agar Listal bisa pergi dan tidak menceritakan kehidupan setelah mati.

"Kalau bicara fakta, apakah itu boleh?" Listal mendongak setelah mendengar pertanyaan Bradley.

"Tergantung. Kalau itu fakta jelek, itu sama saja kau mengumbar keburukan orang," ujar Olivia tanpa menatap lawan bicaranya, anak itu terus melanjutkan gambarnya.

"Memangnya itu fakta tentang siapa?" tanya Listal.

"Niall," jawab Bradley. Olivia, Listal, dan Leo beserta dua anak yang tadinya tidak perduli dengan apa yang dibicarakan Bradley, masing-masing dari anak itu sekarang membereskan pensil warna dan membiarkan gambarnya tergeletak di lantai. Lagipula sebenarnya waktunya istirahat tapi mereka gunakan untuk menggambar karena waktu menggambarnya yang tadi digunakan untuk bermain, alhasil gambarnya tidak selesai tepat waktu.

"Apa itu?" tanya Listal penasaran.

"Persetan kalau nantinya aku akan masuk neraka. Ayo katakan!" ujar Leo tidak sabar.

"Apakah Niall sudah tidak hobby makan?" pertanyaan itu baru saja keluar dari seorang anak berwajah asia yang tepat duduk di samping Olivia, belakangan anak itu diketahui penggemar berat Niall bahkan dia mengatakan rela menjadi selir Niall.

"Bukan itu," Bradley menunjukkan wajah sedihnya pada Shui Zhuge seolah anak itu ingin memberikan kabar duka untuk temannya, "Aku harap kau bisa menerima ini Shui, Niall sudah official!" pekik Bradley terdengar nada bicara anak itu seperti mengeluarkan berita buruk.

"Uncle Niall memang sudah official dari dulu. Ibu Shui Zhuge sudah follow account uncle Niall. Niall Official. Memangnya Dad mu, hah. Fake Liam Payne."

Bradley mendecakkan lidahnya, "Bukan account, Olivia sayang. Ini soal hubungan," seolah tersadar akan sesuatu, pupil mata Bradley melebar. "Liam Payne bukan Fake Liam Payne. Beritahu pada ibumu, agar tidak unfollow Dad ku, Oke. Dia hanya mengganti namanya."

"Mom ku bukan penggemar Dadmu," kata Shui terang-terangan.

"Tapi bukankah dulunya Mom mu adalah Directioner," tutur Listal.

"Ya, tapi dia hanya suka empat kecuali Dad mu," bantah Shui.

"Your Mom is carrot," celetuk Olivia sambil tertawa pelan.

"No," ucap Shui tak mau kalah.

"Carrot."

"Olivia kau mau jadi sushi? Benarkan saja," bisik Kevin yang duduk di samping kanan Olivia.

"Oke lupakan," ujar Olivia lalu kembali menatap Bradley, "Siapa yang mau dengan uncle Niall, siapa perempuan kurang beruntung itu?" tanya Olivia, yang sebenarnya mengalihkan pembicaraan karena takut pada Shui.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang