[31]

4.3K 447 140
                                    

Author's POV

"Seandainya putrimu sekolah sampai malam."

Alis Haizley terangkat sebelah mendengar perkataan pacarnya sendiri, tampak tidak suka dengan perkataan dari pria yang sedang memegang kamera polaroid itu. "Jika kau menyukai aku, kau juga harus menyukai putriku. Walaupun dia sangat nakal dan kurang ajar, tapi dia juga bagian dari aku."

"Bagian darimu dan juga bagian dari Harry," potong Cameron. Tidak mau bertengkar dengan kekasihnya itu, Haizley memilih untuk mengambil benda persegi panjang yang ada di sampingnya kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa. Cameron menoleh ke samping kanannya menatap wanita yang sedang menatap layar ponsel. Ia tersenyum kemudian merangkak di atas tubuh kekasihnya. "Kuharap aku tidak bertemu dengannya hari ini."

"K-kau mau apa?" tanya Haizley melihat Cameron yang menyeringai nakal padanya.

"Kau takut?"

Haizley menelan ludahnya, ia tertawa sendiri memaksakan agar wajahnya tidak terlihat tegang. "T-tentu saja tidak."

"Aku menyukai aroma-"

"Wow Cauldron!" kali ini bukan Olivia, melainkan Harry yang baru saja muncul secara tiba-tiba membuat Haizley mendorong tubuh Cameron menjauh darinya.

"What the fuck!" Cameron mengumpat melihat Harry yang sedang menunjuk wajahnya sambil tertawa lepas.

"Say cheese!" Harry baru saja mengambil foto Cameron yang sekarang wajahnya sedang kesal. Harry memandang gambar wajah Cameron di dalam layar kamera DSLR miliknya. Strap kamera itu menggantung pada leher Harry. Harry lagi-lagi tertawa memperhatikan wajah kesal Cameron dalam foto yang berhasil ia ambil. "Kau sungguh menggemaskan."

"Pergilah ke kebun binatang," ujar Haizley pada Harry yang masih memotret wajah Cameron berkali-kali. Merasa tidak puas jika hanya memotong adegan yang seharusnya panas dilakukan oleh mantan istrinya dan juga mengambil gambar dari pacar mantan istrinya, Harry mendorong bahu Cameron. Ia meminta pria itu bergeser agar dia bisa duduk di tengah.

Harry mengaitkan lengannya pada leher Haizley, kali ini ia tidak mencium pipi perempuan itu. "Tidak. Kenapa harus jauh-jauh ke kebun binatang kalau hewan kebun binatang yang hilang satu ada di sini."

"Apa maksudmu?" tanya Cameron. Harry belum menjawab pertanyaannya tapi Cameron lagi-lagi mengajukan pertanyaan. "Untuk apa kau ke sini?"

Harry tertawa lalu mengambil t-shirt hitam Cameron yang ada di punggung kursi. Harry menempelkan baju itu pada wajah Cameron. "Pakai bajumu. Informasi untukmu, mau perutmu itu bentuk kotak-kotak, segitiga, jajar genjang, trapesium, prisma, kau tetap kalah seksi dari aku. Haizley tetap jatuh cinta pada bentuk tubuhku."

"Apa-apaan." Haizley memukul paha Harry dengan menggunakan tangannya yang mengepal.

"Memang iya kan, kau juga suka rambutku kalau panjang. Iya, kau tidak perlu bohong. Sudah lama kau tidak mengaitkan jari-jarimu pada rambutku sambil mende-"

Cameron bangkit dari duduknya. "I want to kill you right now."

Harry menaruh kedua tangannya di belakang kepalanya, menggunakan tangannya itu sebagai pengganti bantal. Lidah Harry menonjol pada pipinya, Ia menatap Cameron santai yang saat ini berdiri di depannya. "Ayo sini, kau pikir aku takut."

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang