[37]

3.1K 338 59
                                    

Author's POV

"Hey," sapa Olivia pada beberapa anak yang sedang duduk di Bangku taman. Seperti biasa menunggu jemputan mereka. Olivia duduk menengahi Listal dan Leo yang sedang duduk berdampingan. "Pacar uncle Niall menjanjikan sesuatu padaku," ucap Olivia namun ketiga anak itu hanya diam tidak merespon. Sibuk dengan kegiatannya masing-masing. "Kenapa kalian tidak menjawab?"

Alasan ketiga anak itu tidak menjawab karena Bradley sedang menggambar sesuatu pada pergelangan tangan Leo dan Leo lebih fokus memperhatikan Bradley menggambar sesuatu pada pergelengan tangannya. "Bisa diam tidak Leo. Nanti gambarnya salah," ujar Bradley dengan memukul paha Leo.

Olivia menoleh pada anak perempuan yang berada tepat di samping kirinya yang sedang mengayunkan kakinya yang tidak menyentuh rerumputan hijau di bawah kakinya. "Listal, kenapa kau diam?"

Listal mendongak menatap Olivia yang sedang menautkan alisnya bingung. "Aku sudah tidak mau mengejek uncle Niall lagi, aku takut masuk Neraka."

Olivia sedikit melirik gambar yang ada di pergelangan tangan Leo namun gambar itu langsung ditutupi Bradley. "Dadmu tidak marah. Tanganmu dicoret dengan gambar jelek seperti itu."

"Kenapa dia mau marah. Dia saja punya banyak coretan ditubuhnya. Kau juga mau?" tanya Bradley.

Olivia menggeleng. "Tidak. Terima Kasih. Gambarmu jelek seperti wajahmu."

"Maaf. Aku bukan bayanganmu di dalam cermin," ledek Bradley.

Listal turun dari bangku kemudian ikut melihat Bradley yang sedang menggambar pada pergelangan tangan Leo. "Kalian mencontoh gambar tattoo uncle?" tanya Listal melihat gambar ikan yang sangat jelek digambar oleh Bradley, padahal seharusnya gambar itu adalah gambar putri duyung bukan ikan. "Gambar tattoo yang ada di dada uncle Harry lebih keren. Atau tidak, yang ada pada perutnya."

"Memangnya iya. Aku saja tidak memperhatikannya," gumam Olivia. Ia menatap Listal yang masih memperhatikan Leo. "Kau tahu darimana."

"Dari foto. Aku sudah tahu itu," jawab Bradley. "Kau juga mau Oliver? Aku bisa gambar cacing."

"Aku juga bisa menggambar anjing laut pada pergelangan tanganmu, " Olivia menjeda kalimatnya, "Tapi, lucu juga. Aku menggambar anjing laut pada tangan anjing juga."

Bradley mengerang kesal membuat gambarnya semakin jelek. "Awas kau Styles!"

"Kata Dadku laki-laki tidak boleh marah pada perempuan," ujar Leo.

"Diamlah Tomlinson!" pekik Bradley.

Leo mendorong tangannya ke depan. "Kau jangan emosi Bradley. Jacob berubah jadi serigala ketika sedang emosi, nanti kau akan berubah jadi anjing karena emosi."

"Argh Tommo!" erang Bradley, "Pulang nanti kau lewat mana?!"

"Lewat jalan tentunya. Nanti kita pulangnya sama-sama. Oke," ucap Leo dengan mengacungkan ibu jarinya di depan wajah Bradley. Leo merangkul pundak Bradley. "Jangan marah-marah, nanti digigit anjing."

"Listal," panggil Olivia agak ragu.

"Ya."

"Tidak apa apa," jawab Olivia sambil terkekeh pelan.

"Oliver. Ini untukmu," ucap Bradley menunjukkan tulisan Olivai yang ada pada telapak tangannya, yang seharusnya menjadi Olivia dan gambar kotak yang sebenarnya adalah gambar berbentuk hati.

"Terima kasih Bradley," ucap Olivia seraya tersenyum namun wajah Olivia langsung berubah menjadi masam. "Kau tetap menjengkelkan Payno! Siapa itu Olivai."

Leo memukul pelan pundak Olivia. "Kalau aku tidak perlu menuliskan nama Olivia di tanganku. Olivia sudah ada di hatiku."

Bradley memicingkan matanya pada Leo. "Kalau aku adalah anjing, kau adalah buaya Leo!

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang