[15]

3.9K 384 67
                                    

Aku sedang duduk di atas tempat tidur sambil membaca buku yang berjudul what to expect when you're expecting' pemberian ibu Harry. Sekarang aku sedang membaca bab labor and delivery. Pada bab ini menjelaskan hal hal yang terjadi ketika melahirkan. Termasuk kontraksi yang tidak teratur.

Harry baru pulang 1 jam yang lalu, setelah keluar sejak tadi siang. Setelah mandi ia berbaring di sampingku sambil menggeser ponselnya. Aku tak ingin mengganggunya, untuk itu aku menyibukkan diri dengan membaca buku. Sesekali aku melihatnya tertawa sambil melihat ponselnya. Aku mempercayainya sampai sekarang, untuk itu aku tidak pernah menganggu ruang pribadinya, seperti memeriksa ponselnya. "Kau tampak sangat bahagia."

"Haizley, kau kenal Alexa? Aku tertawa karena pesan yang dikirimkannya," ujarnya lalu kembali mengetik. Aku tidak tahu ada apa dengan diriku sampai seperti tak menerima kalau Harry sedang tertawa karena pesan dari temannya. Aku sudah beberapa kali mendengar nama itu.

Aku menandai halaman terakhir yang kubaca sebelum menutup bukunya dan meletakkannya di dekat lampu tidur. Aku menunduk menatap perutku, suasana hatiku baru saja rusak akibat melihat Harry yang tertawa karena teman perempuannya, tapi aku langsung tersenyum setelah mengingat kalau sebentar lagi aku akan menyambut sesuatu yang besar yang akan hadir di hidupku. Aku mengusap perutku tanpa menghilangkan senyum di wajahku.

Harry meletakkan ponselnya lalu bergeser lebih dekat denganku. Ia menyangga kepalanya dengan menggunakan satu tangannya. Ia ikut tersenyum dan meletakkan tangannya di atas perutku. "Maaf ya Haiz, aku jadi jarang memberi perhatianku padamu. Padahal ini adalah kehamilan pertamamu, harusnya aku lebih banyak mendukungmu."

"Kau sudah memberi perhatian yang lebih."
Aku berdiri kemudian berjalan masuk ke dalam closet untuk mengambil keperluan saat persalinan nanti. Kami sedang tinggal di penthouse milik Harry, disini tidak asisten rumah tangga seperti di rumahku ataupun rumah Harry, karena kami jarang tinggal disini. Jadi aku harus melakukan apa-apa tanpa bantuan siapa-siapa. Aku juga lebih nyaman melakukan apa yang bisa aku lakukan sendiri dibanding meminta bantuan pada orang lain. Kami ada disini untuk berjaga-jaga karena hanya tinggal hitung hari aku akan mengeluarkan anak Harry dari perutku, maksudku anak kami. Bahkan Zara sudah memintaku untuk ke rumah sakit besok. Aku memilih disini karena dekat dengan ibuku. Aku menoleh pada pintu closet setelah mendengar pintunya berdecit. Ternyata Harry yang baru masuk.

Ia ikut duduk di sampingku. Ia mencium pipiku dengan cepat, "Hey darling, kau butuh bantuanku? Aku meninggalkanmu hampir seharian ini, aku sedang mengerjakan project kami."

"Aku hanya memasukkan keperluanku dan anak kita ke dalam koper."

Harry menepuk keningnya sendiri. "Astaga. Maafkan aku, aku sampai lupa kalau sebentar lagi anak kita akan lahir akibat kesibukanku."

"Tak apa-apa. Kau juga sibuk karena bekerja 'kan bukan untuk bersenang-senang," kataku sambil mengulas senyum. Aku memegang bagian bawah perutku lalu bangkit berdiri untuk mengambil beberapa baju yang sudah disiapkan jauh hari untuk bayi kami. Semua ini bukan hanya aku dan Harry yang membelinya tapi juga ibu Harry, Gemma, termasuk ibuku sendiri. Mereka tampak antusias menantikan anak kami. Aku membawa perlengkapan bayinya untuk memasukkannya ke koper. Aku merasa seperti menyeret badanku, tentu saja karena merasa berat. Tadi siang aku merasakan perutku tiba-tiba sakit, namun hanya selang beberapa menit rasa sakitnya hilang. Aku menelepon Zara dan Chesty, katanya itu tidak apa-apa. Aku tidak mengatakan ini pada Harry karena takut membuatnya khawatir, akhir-akhir ini dia juga sibuk.

Aku kembali duduk dan meletakkan pakaian bayinya ke dalam koper, begitupun dengan Harry, ia ikut melipat pakaian bayinya lalu memasukkannya ke dalam koper. Meskipun ini hal kecil, aku senang Harry mau melakukannya. Harry mengusap perutku lalu kembali menciumnya. Ia masih menunduk menopang dagunya untuk bicara dengan perutku, padahal anaknya belum keluar. "Sebentar lagi kita akan bertemu!"

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang