[11]

3.6K 332 69
                                    

Haizley's POV

Aku pikir setelah dia pulang tour, dia tidak akan sibuk lagi, ternyata dia lebih sibuk dari yang aku fikirkan. Bukannya aku ingin terus bersama Harry. Hanya saja aku kesepian di rumah, tidak ada yang bisa aku ejek. Aku baru selesai mandi pagi padahal ini sudah pukul 11 siang, aku tidak mandi pagi karena Harry tadi ada di rumah. Mengingat dia seperti setan yang selalu muncul secara tiba-tiba, aku memutuskan untuk tidak mandi pagi, agar tidak terjadi apa-apa.

Harry keluar, katanya dia ingin bertemu dengan temannya, aku tidak perduli itu, aku mengenal teman Harry hanya wajahnya saja tidak mengenal nama, lagipula apa urusanku? Paling-paling manusia itu hanya berteman dengan spesiesnya. Aku melonggarkan tali bathrobe yang ada di tubuhku lalu mengeringkan rambutku dengan menggunakan handuk, "Argh!" demi apapun, kenapa mahkluk ini benar-benar mirip setan, aku melihat bayangan Harry di cermin. Shit! Aku menyesal terlalu lama di kamar mandi. Aku 'kan bisa dari tadi memakai bajuku.

"Kenapa kaget begitu?" jantungku berdetak lebih cepat dibanding saat lari. Harry berjalan ke arah aku. Sialan, kenapa dia lebih menyeramkan dari setan. "Hey, aku bertanya. Kenapa, kau seperti melihat hantu."

Aku memutar tubuhku lalu menghela napas kasar. "Why are you so creepy!"

Anehnya Harry hanya menggelakkan tawanya membuat tanganku gatal untuk menarik telinganya. "Kau yang menakut nakuti dirimu sendiri."

Aku mendengus lalu kembali berhadapan dengan cermin dan melanjutkan kegiatanku yang tertunda akibat melihat setan. Yaitu, mengeringkan rambutku. "Katanya kau mau keluar. Bahkan aku tadi melihat kau saat mengeluarkan mobil dari garasi lalu pergi, kenapa kau tiba-tiba ada di sini?"

"Aku punya kemampuan berteleportasi."

"Wow." aku diam-diam memperhatikan bayangan Harry dari dalam cermin yang sedang menatap aku dari bawah sampai atas.

"Aku batal pergi, aku hanya sengaja tadi. Bahkan aku mengendarai mobil tidak sampai satu mil. Sebenarnya ada apa denganmu?"

Aku menggeleng, "Nothing."

"Oh." aku menelan salivaku merasakan tangan Harry menyentuh tanganku. Apa maunya, mahkluk ini, dia mengambil handuk yang ada di tanganku. Aku menelan liurku sekali lagi, menelan liur sendiri menyebabkan keracunan tidak, ya? Harry menggesekkan handuk itu di kepalaku. "Biar aku bantu," ucapnya, aku melihat bayangan Harry di cermin yang sedang tersenyum, bukan tersenyum melainkan menyeringai.

"Aku bisa sendiri, aku bukan anak kecil."

"Sudah, biar aku saja." aku hanya diam dan membiarkan Harry melakukannya, "Kenapa kau seperti sembunyi saat ingin mandi?"

"T-tidak apa-apa. H-Harry"

"Ummp." katanya ingin membantu aku, ini kenapa dia justru menenggelamkan kepalanya di tengkukku dan melingkarkan tangannya di perutku. "I love your smell."

"H-hazz—"

"Hmmm," ia bergumam seraya menatap bayanganku dalam cermin, ia lalu menyelipkan rambutku dibelakang telingaku. Aku semakin kesulitan mengatur napasku saat Harry mengecup leherku dan aku bisa merasakan hembusan napasnya di leherku. Aku menelan liurku melihat tangan Harry yang ada di perutku sedang membuka tali bathrobe yang kupakai. Aku baru selesai mandi, dan aku tidak memakai apa-apa selain bathrobe ini. Ayolah, kenapa aku jadi tegang seperti ini. Harry adalah suamiku dan harusnya aku sudah biasa. Rasanya aneh setelah aku tidak bertemu dengannya setelah beberapa bulan. Aku memegang satu tangan Harry yang ada diperutku. "Kau mengerti apa maksudku. C'mon... aku masih merindukanmu."

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang