[19]

4K 537 29
                                    

Harry dan aku semakin jarang saling bicara, entah itu karena dia terlalu sibuk dengan temannya atau itu karena aku yang sudah tidak memikirkan jika dia mau keluar bersama temannya. Kurasa ini akan membuat Pamela menjerit dan akan membuat Harry mengamuk jika dia memang peduli padaku, karena sekarang aku jalan bertiga dengan Sara dan juga Avan. Aku sudah tidak takut pada Avan, lagipula apa salahnya jika aku mencoba berteman dengan mantan pacarku. "Haizley, kenapa kau diam?"

"Hah?" aku kembali bertanya pada Sara.

"Sara bertanya, kenapa kau diam?"

"Sara, apakah menurutmu aku ibu yang bajingan?" aku bertanya pada Sara, namun bukan jawaban yang aku dapatkan. Dia tertawa keras, bahkan membuat beberapa pengunjung cafe yang ada di dekat kami menoleh.

"Sara!" aku menegur Sara.

"Untuk apa kau menanyakan pertanyaan bodoh itu." aku memutar bola mataku ke atas karena ucapan Sara. Aku menanyakan itu karena aku menggunakan jasa baby sitter agar aku bisa keluar rumah dan tetap bekerja. Harry belum mengetahui itu dan aku bersyukur ketika menyadari dia sedang di luar kota, kurasa baby sitter itu kejutan untuknya nanti. "Jadi, jelaskan padaku kenapa kau keras kepala tetap bekerja padahal kau bisa memenuhi kebutuhanmu. Mungkin dengan cara meminta pada orang tuamu."

Aku menggeleng. "Aku bukan kau," aku terkekeh membuat bibir Sara melengkung ke bawah dan satu alisnya terangkat.

"Kenapa bukan Harry saja?"

"Karena aku bukan anak Harry."

"Tapi kau pasangannya," Avan menimpali.

"Kuharap," aku tersenyum kemudian mengalihkan pandanganku ke luar.

"Kau ada masalah dengannya?" Avan mengelus punggung tanganku, tapi aku menepis nya dengan pelan seraya menggeleng sebagai jawaban.

"Kami baik-baik saja. Bahkan sangat baik," bohongku.

"Kurasa itu karena pekerjaanmu," ucap Sara.

"Bekerja membuat aku merasa waras. Dan aku puas kalau hasil kerjaku memperoleh hasil yang memuaskan, meskipun bukan aku yang dipuji."

"Ya, bukankah menyenangkan melakukan pekerjaan yang merupakan kesukaan kita sendiri. Oh ya, Pamela tidak sempat mengabari mu. Pamela sudah selesai dengan pendidikannya dan dia akan segera kembali. Dan aku akan pulang ke LA dua hari yang akan datang." Sara meremas tanganku, tampak dari wajahnya dia sangat bahagia. Aku juga merasakan hal yang sama, hanya saja seperti ada mengganjal di pikiranku saat ini.

"Bagaimana jika kita kembali ke LA." aku belum sempat membuka mulutku tapi Avan sudah terlebih dahulu melanjutkan kalimatnya. "Kau bisa memberitahu Harry, dan kalian bisa membawa Olivia tentunya. Bukankah Olivia jarang bertemu dengan orang tuamu?"

Aku menggeleng pelan. "B-bukan karena itu. Aku tidak berburuk sangka padamu. Tapi sungguh, kemarin-kemarin kau seperti psikopat gila dan itu membuat Harry sangat membencimu."

Aku melihat Avan tertawa, "Dia sangat menggemaskan," ucapnya seraya menggeleng.

"Kau menyukai suamiku?" aku menjeda kalimatku, "Kuharap kau tidak merasakan itu karena seseorang akan marah jika kau menyukai Harry."

"Maksudmu?" Avan mengerutkan keningnya membuat aku dan Sara tertawa.

"Oh tidak. Aku hanya membual," ujarku dan Avan kembali menyesap milkshake cokelat nya.

"Baiklah, jadi sekarang bagaimana?" tanya Avan lagi. "Apakah kau takut padaku? Sungguh Haizley, aku minta maaf jika kemarin-kemarin aku membuatmu takut. Aku tidak berniat mengganggumu bersama Harry." Jika aku ibuku pasti mudah bagiku untuk mengetahui apakah ucapan Avan barusan itu sungguh-sungguh atau tidak.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang