[32]

4K 427 84
                                    

Author's POV

Harry meraba sampingnya, mencari Olivia yang semalam tidur berdua dengannya. Ia memicingkan matanya mencari keberadaan putrinya itu. Harry mengusap wajahnya sebelum memindahkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia mengharapkan jangan sampai anak itu membuat suatu kekacauan di Rumahnya, masih untung kalau anak itu buat kacau di Rumah, Harry hanya takut Olivia membuat kekacauan di luar rumah.

Harry bangun dari tempat tidurnya kemudian mengecek ponsel yang berada di atas laci tepat di samping tempat tidurnya. Ia kembali meletakkan ponselnya setelah membaca dan membalas ucapan selamat pagi dari pacarnya. Ia pun berjalan ke luar kamar untuk menuju dapurnya. Sesekali ia melirik ke samping kiri kanannya bahkan mungkin akibat karena baru bangun dan tidak sepenuhnya sadar, Harry menatap langit-langit rumahnya mencari keberadaan Olivia yang menghilang pagi-pagi. "Selamat pagi."

Seseorang menyapa membuat Harry memutar tubuhnya untuk balik ke belakang. "Pagi. Kau melihat Olivia?"

Harry tersenyum pada seseorang yang sedang memegang alat untuk mengepel lantai itu. Wanita itu menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Harry. "Oke. Terima kasih Rose."

"Namaku Emily." Harry hanya menggumankan kata 'maaf' lalu meninggalkan wanita yang mengatakan kalau namanya adalah Emily bahkan Harry sedang berfikir keras kapan ia mempekerjakan wanita bernama Emily di rumahnya, dan seingat Harry rumahnya kosong saat weekend.

Harry bersiul sepanjang ia berjalan menuju dapurnya. Harry yang tadinya bersiul menggantikan bunyi lirik lagu menjadi siulan, kini berganti menjadi bunyi siulan seperti pria dalam film ketika melihat gadis seksi. Ia memandang wanita yang berdiri di depan stove sambil memegang pemanggang waffle. "Wow Mrs.Loski."

Harry mendekat pada Haizley dan menatap wanita itu dekat-dekat memberi tatapan antara sedang kaget dan sedang mengejek. "Ini masih pagi dan kau sudah memancing aku untuk menggesekkan tubuhmu ke tembok."

"Good morning, loser."

"Yeah, good morning moron." Harry hanya tertawa kencang mendengar balasan dari sapaannya. "Ya, tertawalah sampai kau tersedak liurmu sendiri. Bagaimana, Kau senang tidak, leluconmu datang pagi-pagi untuk membuat kau tertawa."

"Ya, aku sangat senang melihatmu pagi-pagi ada di Rumahku, sayangnya kau tidak membawa pacar kecilmu itu agar aku bisa lebih puas lagi tertawa. Kau memang pecundang, kau hanya menunjukkan kalau kau perhatian padaku saat Cameron tidak ada, sedangkan jika pria itu ada kau seolah-olah tidak memperdulikan aku. Berbeda dengan aku yang tetap perhatian padamu walaupun Chelina ada di depanku sekalipun," kata Harry. Wanita itu tersenyum miris mendengar perkataan Harry barusan yang tidak sesuai dengan apa yang ia alami ketika berhadapan dengan pacar dari mantan suaminya.

"Yang benar saja, duh."

"Terima kasih sudah menyempatkan untuk membuatkan sarapan untukku," tutur Harry percaya diri.

"Aku datang karena ini weekend dan aku memikirkan putriku. Apa yang dia sarapan ketika weekend di rumahmu, mengingat kau sangat baik meliburkan asisten rumah tanggamu ketika weekend."

"Oh. Kau datang pun, aku sudah cukup senang."

"Aku hanya bercanda, aku kasihan melihatmu juga. Kau mau apa? Aku akan membuatnya. Akhir-akhir ini aku menyibukkan diri saat tidak bekerja dengan menonton acara memasak dan belajar memasak."

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang