[26]

3.6K 482 159
                                    

f i v e y e a r s l a t e r

Niall's POV

"Olivia, kira kira--" ucapanku terpotong saat bel rumahku berbunyi. Jangan bilang itu adalah salah satu sahabatku yang kejam dan membawa anaknya yang mirip-mirip dengan primata.

Tunggu, hanya primata yang bisa berbicara dengan primata. Berarti aku, aku juga primata? Setidaknya jika aku adalah primata, Harry juga primata. Liam, Louis? "Uncle, Belnya terus berbunyi." aku tersadar dari lamunanku yang membanyangkan kami berubah menjadi primata, Aw! pasti itu sangatlah keren. Aku berdiri untuk membuka pintu rumahku.

Aku membuka pintu dan mendapati Seekor kera maksudku Louis, sedang berdiri bersama anaknya. Dari aura nya sudah tidak enak, pasti mereka datang ada maunya. Aku mendengus sebelum akhirnya bertanya, "Apa?"

"Hey Niall." kan, dari caranya saja menyapaku sungguh meragukan. Ini pasti ada apa-apanya.

"Masuk," ujarku mempersilahkan manusia sialan ini masuk ke dalam rumah ku. Aku baik 'kan. Jarang-jarang Louis mau main ke rumahku, biasanya dia main dengan Harry. Apakah itu tidak mencurigakan.

Louis menggaruk tengkuknya dan menyengir selebar mungkin, hampir mirip seperti kuda. "Hehehe, tidak perlu. Aku buru-buru. Eleanor menungguku di Rumah."

"Lalu, apa perlumu datang mengunjungi rumahku? Oh, mungkin kau mau pamer kalau hari ini kau berkencan dengan istrimu," cibirku.

"Aku ingin menitipkan Leo." dia mengatakan itu dengan wajah yang biasa-biasa saja, tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Kenapa harus aku?"

"Ayolah Niall, hanya kau yang tidak sibuk. Kau belum menikah. Anggap ini sebagai latihan untuk kau menjadi seorang ayah, Niall."

"Ini bukan latihan lagi tetapi ini namanya rutinitas, karena kalian hampir tiap hari menitipkan anak-anak kalian padaku. Aku menyesal membeli rumah di London. Kenapa kalian begitu tega padaku. Harusnya aku keluar untuk mencari jodoh, bukan tinggal di Rumah untuk menjaga ketiga anak dari ketiga sahabatku yang kejam. Kalian telah menjauhkan aku dari jodoh," kataku dengan ekspresi se dramatis mungkin, lebih dramatis dari Cinderella. Semakin banyak aku berbohong karena ajaran Harry, kemampuan aktingku pun semakin bagus. Aku bisa dikontrak untuk bermain film, Harry akan kalah.

"Jodoh itu tidak lari kemana, Niall." dengan santainya manusia laknat ini menjawabnya.

"Aku tidak akan menemukan jodohku jika aku tidak mencarinya, Loulitta Jennifer Tomlinson."

"Latihan rutin ini justru membuatmu menjadi, ayah yang super. Kau kan paling sabar di antara kami, tunggu aku ralat, kau kedua setelah Harry." kenapa Harry selalu menjadi yang pertama, tidak apa-apa yang penting itu setelah Harry, itupun sudah lumayan. Aku tersenyum sebelum akhirnya kembali kesal karena anak iblis itu tertawa.

"Sahabatku yang super, tahukah engkau... anakmu itu selalu mengatai aku, mana mau aku menjaga anak itu. Menghabiskan kesabaran. Sudalah, aku juga akan segera menyusul seperti kalian."

"Hahaha, Memangnya ada yang mau dengan uncle Niall? Uncle Niall sudah dikutuk untuk menjadi bujangan lapuk seumur hidup!" dan yang mengutuk aku itu adalah kau! Aku yakin Louis juga ingin mengejek aku tapi, dia menahannya. Aku berharap Liam segera datang, hanya dia yang bisa membantu aku menghadapi kata-kata pedas dari sahabat sahabatku yang kejamnya melebihi Ibu tiri Cinderella.

"Ahk, Eleanor menelfon. Sampai jumpa Niall, aku titip Leo." aku baru ingin bicara tetapi Louis sudah terlebih dahulu berlari. Apa-apaan! Awas saja pria kecil itu. Aku bahkan belum mengiyakan permintaannya.

"Masuk, sebelum kau kujual." aku kembali masuk ke rumahku yang sebentar lagi menjadi tempat penitipan anak.

Aku baru menutup pintunya, tetapi bel rumahku kembali berbunyi, "Apalagi?" aku menoleh. hah! sejak kapan Louis memakai stiletto, Harry akan senang akan hal ini. aku mulai melirik ke atas Loulitta Jennifer Tomlinson, Aku terlonjak kaget melihat wajah Louis yang sangat cantik, aku akan bersaing dengan Harry untuk hal ini. "Louis, aku padamu."

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang