[41]

3.5K 433 77
                                    

"Harry, apakah kau masih marah?" tanya Chelina untuk kesekian kalinya. Sudah sejam lebih dia menanyakan hal yang sama dan sudah sejam pula Harry terus menggeleng sambil tersenyum namun tidak menyentuh perempuan yang juga sedang duduk pada sofa yang sama dengannya. Tadinya Harry ingin keluar, namun sesuatu membatalkan niatnya tersebut, seseorang yang dia hindari tiba-tiba saja datang.

"Chelina, aku ada janji. Kau jangan menangis lagi, oke. Aku tidak pernah marah padamu," kata Harry. Chelina mendekat, awalnya Harry biasa-biasa saja sebelum perempuan itu memeluknya dengan erat membuat Harry tidak sempat menghindar. Harry mengusap kepala Chelina, ia tidak tega melihat orang yang pernah berhubungan dengannya itu menangis. "Bukankah harusnya kau tampil di salah satu fashion show? Kau mengatakan itu sebelum terakhir kali kita bertemu."

"Aku menolak tawaran itu."

"Haizley ada di sana. Dan aku ada janji dengannya setelah dia pulang," Harry menjeda kalimatnya ia tersenyum seperti sedang membayangkan sesuatu. "Kurasa sebentar lagi dia akan pulang. Aku ingin mengatakan sesuatu."

"Kau ingin mengatakan apa?" tanya Chelina.

"Aku mau-" Harry melepaskan tangan Chelina yang melingkar di perutnya, ia bangkit berdiri dari duduknya dan mendekati perempuan yang baru saja datang dan diam mematung, tidak menyapa maupun berkata sesuatu padanya. "Kau baru datang."

Haizley mengangguk. "Ya. Aku mau pulang sekarang."

"Kau baru datang."

"Hey Chelina. Senang melihatmu," Haizley tertawa, ia menepuk pundak Harry beberapa kali. "Harry bagaimana dengan malam ini?"

Perempuan yang tadi ia sapa itu tertawa kecil. "Aku dan pacarku tidak menyangka kau datang," ucap Chelina membuat Harry menatapnya heran.

Raut wajah Haizley berubah dari yang sebelumnya dia mencoba untuk tidak memikirkan hal lain ketika melihat ia melihat keduanya berpelukan. "Maafkan aku jika aku sudah menganggu kalian. Aku sibuk, kurasa kita tidak bisa dinner. Sebenarnya aku datang untuk menyampaikan itu padamu."

"Haizley."

"Aku punya urusan. Kuharap kau bisa mengerti," Haizley tertawa kecil lalu kembali menepuk pundak Harry, satu tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya. Ia lalu memutar tubuhnya meninggalkan Harry yang saat ini yakin perempuan itu membatalkan dinner nya hanya karena melihat Chelina yang sedang memeluknya.

"Kurasa kau harus pulang sekarang," ujar Harry. Chelina membulatkan mata dan mulutnya seperti sedang kaget. Harry mendorong tangannya ke depan. "Aku tidak bermaksud untuk mengusirmu sama sekali. Tapi, kau lihat tadi? Apa maksudmu."

Chelina menyeringai sinis pada Harry. "Sebegitu pentingkah dia untukmu? Kau mementingkan mantanmu daripada pacarmu sendiri."

Harry kembali duduk, satu kakinya terlipat di atas sofa, Harry meluruskan tangannya pada punggung sofa, kemudian menatap perempuan itu lamat-lamat. "Pacar? Maksudmu kita pacaran. Kita sudah putus, bahkan itu sudah hampir dua bulan. Dan jika kau mengatakan Haizley adalah mantanku, kau salah."

"Apa? Kupikir kita masih pacaran dan kita hanya sama-sama sibuk."

Harry menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan cuek seperti sekarang jika seandainya kita masih pacaran."

"Tapi yang tadi?" Chelina memiringkan kepalanya menatap Harry tidak percaya. "Kau masih baik padaku, bahkan membalas ucapanku setiap pagi."

"Jadi kau mau aku jahat padamu begitu. Apa salahnya jika aku membalas pesanmu. Kumohon, kau jangan membenci aku karena ini."

"Aku tidak melarang kau berhubungan dengan Haizley lagi. Aku akan membiarkan kalian berteman."

"Aku tidak berteman dengannya. Aku kembali berhubungan dengannya," kata Harry.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang